Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Impor Beras Sekarang Juga

6 Oktober 2015   16:29 Diperbarui: 6 Oktober 2015   16:29 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stok Bulog sekarang hanya sebesar 1,5 juta ton. Hampir seluruh stok Bulog ini adalah beras untuk keluarga sejahtera (rasta). Sementara kebutuhan beras‎ keseluruhan mencapai 2,5 juta-3 juta ton/bulan.
Wapres JK menyatakan Pemerintah akan mengimpor 1.5 ton beras, yang berarti Stok Beras Bulog akan ditingkatkan dari 18 hari menjadi 1 bulan.

El Nino
El Nino mengakibatkan kekeringan. Kebutuhan air untuk sawah tidak tercukupi maka penurunan produksi beras. El Nino tahun ini lebih kuat daripada El Nino tahun 1998.
Namun di awal tahun depan juga ada potensi cuaca ekstrem lainnya. Dampak El Nino itu biasanya diikuti oleh La Nina atau hujan yang berlebihan. Mungkin juga banjir.
Jadi stok harus aman.

Stok Beras yang memadai, suatu keharusan
Stok beras yang cukup akan memberikan ketenangan bagi masyarakat. Bahwa, ada kepastian pasokan beras meski terjadi kondisi alam yang menghambat produksi beras nasional.
Stok beras yang memadai akan memudahkan Pemerintah menstabilkan harga beras. Harga pangan, sangat berpengaruh pada orang miskin, karena penghasilan mereka 60 persen untuk pangan.
Apakah impor beras sebanyak 1,5 ton mencukupi?
Impor beras sebesar 1.5 jta ton akan meningkatkan Stok Bulog menjadi 3 ton, cukup untuk konsumsi rakyat Indonesia untuk 1 bulan.
Stok beras 1 bulan masih sangat kurang, sangat berisiko. Pemerintah ada menyebut Stok yang ideal 5-10 juta ton.
Stok Bulog sedikitnya 6 juta ton, untuk menutupi kebutuhan beras Rakyat Indonesia untuk 2 bulan. Pasokan beras bukan untuk dibuat “judi”, bukan untuk coba-coba. Nanti kita lihat apa benar perlu impor beras? Menunggu sampai stok beras kritis adalah cara terefektif untuk mengacaukan semua yang sudah dicapai oleh Mentan Amran Sulaiman.

Belajar dari RRC
Kelaparan di RRC pada tahun 1960an menelan korban jiwa, 30 juta penduduknya. Pemerintah RRC mempunyai kekuatan yang mutlak untuk menekan rakatnya untuk menerima kematian ini.
RRC bekerja keras untuk swasembada pangan, tetapi dilain pihak memiliki stok beras dan bibi-bijian yang luar biasa agar kejadian tahun 1960an tidak terulang.
Mari kita cermati bagaimana RRC sikapi keamanan stok beras dan biji-bijiannya. Konsumsi beras RRC setiap tahunnya sekitar 150 juta ton, dari 600 ton biji-bjian. Kapasitas Gudang Biji-bijian RRC pada saat ini adalah 106 juta ton, akan ditambah dengan 50 juta ton pada tahun 2015. RRC akan meningkatkan terus kapasitas gudangnya untuk mencapai 95% kebutuhan pada tahun 2020.
RRC tidak mengenal mafia beras atau mafia biji-bijian, tetapi pemerintah RRC merasa suatu keharusan untuk memiliki gudang yang memadai, demi ketahanan pangan mereka.
NI CHELE FAN NE MEIJOU? ("Apakah kamu sudah makan nasi hari ini?")

Pemerintah Indonesia tidak mempunyai kemampuan untuk menangani wabah kelaparan, apalagi sampai kematian.

Mentan Amran Sulaiman
Dalam sejarah Republik, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mungkin Menteri Pertanian yang paling sungguh-sungguh, paling gigih dalam menangani pertanian kita. Hanya saja Mentan mendapat warisan pertanian yang amburadul. Kerusakan saluran irigasi, kerusakan hutan dan waduk yang membuat banjir atau kekurangan air bagi kebutuhan pertanian. Alih fungsi lahan( pertanian) dan Keluarga Berencana yang gagal membuat swasembada pangan hampir mustahil.
Mentan Amran Sulaiman tidak perlu kecil hati dengan adanya Impor Beras. Mentan justru perlu mendukung impor beras, karena yang kita tuju adalah kesejahteraan Rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun