[caption caption="Pohon Bambu dan Pohon Rindang"]Pohon Bambu dan Pohon Rindang
Dalam KBBI : asimetris/asi•met•ris/ /asimétris/ a tidak setangkup; tidak simetris
Sampai Perang Dunia ke 2 , Kekuatan Militer merupakan satu-satunya jalan untuk memenangkan peperangan. Pemenang adalah pihak yang paling banyak membunuh lawannya. Perang Dingin menyusul Perang Dunia ke 2. Perang Dingin masih menggantungkan pada KekuatanMiliter, meski hanya pada tingkat Unjuk Kekuatan, tidak baku tembak.
Sekarang ini menembak musuh, membunuh musuh dianggap sebagai perbuatan tidak manusiawi dan bertentangan dengan HAM.
Perang Konvensional mulai ditinggalkan dan Manusia karena sifatnya yang selalu ingin menang, mulai mencari jalan lain untuk melemahkan, untuk mengalahkan saingannya, musuhnya.
Bubarnya Uni Soviet oleh perang pangan, mungkin dapat disebut permulaaan perkenalan dengan Perang Tidak Konvensional.
Pangan Senjata Ampuh Bubarkan Uni Soviet
Pada tahun 1991 Uni Soviet bubar, pecah menjadi 15 negara bagian. Bubarnya Uni Soviet disebabkan banyak hal diantaranya melemahnya ekonomi dan sukarnya mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari terutama pangan. Sebagian ahli berpendapat, Barat terutama Amerika Serikat memegang peran dalam mengacaukan harga dan stok gandum di Uni Soviet, yang berakibat bubarnya Uni Soviet.
Istilah Perang Asimetris mulai dibicarakan
Secara sederhana Perang Asimetris dapat dijelaskan sebagai model peperangan yang tidak mengandalkan pada Kekuatan Militer, dengan ciri menonjol dari kekuatan yang tidak seimbang
Dewan Riset Nasional (DRN) menjelaskan secara lebih tererinci, Perang Asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra (perpaduan antara trigatra -geografi, demografi, dan sumber daya alam, dan pancagatra -ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Perang Asimetris selalu melibatkan peperangan antara dua aktor atau lebih, dengan ciri menonjol dari kekuatan yang tidak seimbang.
Dalam tulisan ini kita tidak membicarakan Perang Antar Negara, tetapi Persaingan antar Warga. Bagaimana Warga dengan kekuatan menonjol ( selanjutnya disebut Mr Kuat atau sebaiknya Mr Smart) mampu mengabaikan “Budaya “ yang berlaku disuatu daerah.
Persaingan yang penulis amati berlokasi di Kota Jakarta, persaingan sesama warga dalam satu Rukun Tetangga.
Mari kita cermati proses Mr Smart memenangkan Persaingan Asimetris ini.