Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang eh Persaingan Asimetris Antar Tetangga

2 September 2015   21:06 Diperbarui: 2 September 2015   21:06 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Posisi Mr Smart Kuat karena melanggar peraturan tentang Tembok Tinggi, meningkat menjadi Sangat Kuat dengan memanfaatkan Silaturahmi.

Seperti pernyataan Dewan Riset Nasional (DRN) : Perang Asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku

Solokan umum didalam halaman rumah Mr Smart

Mr Smart beberapa kali memperluas halamannya dengan membeli tanah disebelahnya.
Dalam perluasan itu, pada suatu saat sebuah solokan umum berada dihalaman rumahnya. Dalam acara Kerja Bakti , Warga tidak dapat membersihkan solokan diatas karena terhalang Tembok yang mengelilingi halaman rumah Mr Smart.

Cara Warga menyikapi kondisi Asimetris ini

Sebagai Warga yang dididik untuk “Damai-damai Saja”, hanya satu komentar Warga: Mr Smart ingin kita menjual tanah kita kepadanya dengan harga murah.

Selain perlakuan yang diterima dari Mr Smart, Warga di Indonesia menerima banyak perlakuan buruk. Perlakuan buruk dari para Pemimpin mereka, dari DPR/DPRD mereka maupun dari para Penegak Hukum.

Mungkin sebagian cocok dengan yang dikatakan Alexis de Tocqueville seorang ahli sejarah Perancis:
Warga menerima cengkeraman kuat sesuai dengan keinginan kelompok kuat. Kekuatan ini cepat menjalar menguasai semua Warga.
Warga semakin tidak bersikap dan semakin tidak bertindak.
Kekuatan baru yang tidak menghancurkan warga, tetapi mencegah Warga berada, mengecilkan Warga, membekukan Warga, sehingga Bangsa menjadi kumpulan Warga yang ragu, tetapi rajin dan penurut.

Mungkinkah Bangsa ini menuju Bangsa yang puas dengan Sepiring Nasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun