Posisi Mr Smart Kuat karena melanggar peraturan tentang Tembok Tinggi, meningkat menjadi Sangat Kuat dengan memanfaatkan Silaturahmi.
Seperti pernyataan Dewan Riset Nasional (DRN) : Perang Asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku
Solokan umum didalam halaman rumah Mr Smart
Mr Smart beberapa kali memperluas halamannya dengan membeli tanah disebelahnya.
Dalam perluasan itu, pada suatu saat sebuah solokan umum berada dihalaman rumahnya. Dalam acara Kerja Bakti , Warga tidak dapat membersihkan solokan diatas karena terhalang Tembok yang mengelilingi halaman rumah Mr Smart.
Cara Warga menyikapi kondisi Asimetris ini
Sebagai Warga yang dididik untuk “Damai-damai Saja”, hanya satu komentar Warga: Mr Smart ingin kita menjual tanah kita kepadanya dengan harga murah.
Selain perlakuan yang diterima dari Mr Smart, Warga di Indonesia menerima banyak perlakuan buruk. Perlakuan buruk dari para Pemimpin mereka, dari DPR/DPRD mereka maupun dari para Penegak Hukum.
Mungkin sebagian cocok dengan yang dikatakan Alexis de Tocqueville seorang ahli sejarah Perancis:
Warga menerima cengkeraman kuat sesuai dengan keinginan kelompok kuat. Kekuatan ini cepat menjalar menguasai semua Warga.
Warga semakin tidak bersikap dan semakin tidak bertindak.
Kekuatan baru yang tidak menghancurkan warga, tetapi mencegah Warga berada, mengecilkan Warga, membekukan Warga, sehingga Bangsa menjadi kumpulan Warga yang ragu, tetapi rajin dan penurut.
Mungkinkah Bangsa ini menuju Bangsa yang puas dengan Sepiring Nasi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI