Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa yang Gagap Mempertahankan Hak Mereka dan Aku Jatuh Cinta pada Perempuan Ini

21 April 2013   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara teratur, saya berolah raga 'jalan cepat', memanfaatkan trotoar sekitar rumah saya. Sering berpapasan dengan orang-orang dari arah berlawanan, berdua atau lebih, memaksa kita mengalah, pindah ke jalan aspal. Termasuk yang memaksa kita mengalah adalahmereka, orang asing atau orang Indonesia , yang jalan dengan anjing mereka ,.

Mereka yang memaksa kita mengalah, selalu bukan bumiputera, senyum-senyum, hidung kembang kempis, penuh kemenangan menyaksikan bangsa Indonesia dikalahkan.

Saya pencinta anjing, tetapi saya selalu sempatkan untuk menyampaikan pada mereka yang mengalah, bahwa trotoar milik bersama, bukan milik orang kaya, bukan milik orang asing dan bukan milik anjing,  jangan mengalah. Mereka sesaat sadar akan hak mereka, lalu berlari-lari sambil tertawa-tawa, khawatir bertabrakan. Manusia Indonesia yg baik hati, ditindas.

Di suatu apartemen, saya disambut dengan ramah oleh Satpam yang melayani di Meja Penerima Tamu. Dari lift keluar seorang warga India, penghuni apartemen. Satpam pura-pura sibuk, tidak menyapa si India. Saya menanyakan pada si Satpam, mengapa pura-pura tidak melihat, dia menjawab bahwa mereka tidak pernah membalas sapaan kita. Lalu saya sampaikan kepada mereka bahwa kita menunjukkan keramahan dan kebaikan kita,  hanya kepada tamu yang ramah dan baik.

Saya sampaikan pada mereka, kalau ini terjadi pada saya (penulis) , maka saya akan membalas dengan, misalnya mematikan lift untuk sementara, sampai manusia asing dan kurang ajar itu menyadari bahwa mereka butuh kita. Mereka berada di Indonesa atas kebaikan bangsa Indonesia.

Satpam tersenyum sedih. Kita tahu Satpam akan dipecat, jika tidak mengalah. PELANGGAN ADALAH RAJA.Ya pelanggan yg pantas diperlakukan sebagai Raja, adalah pelanggan yang bersikap sebagaimana layaknya seorang Raja. Seorang manusia yang bersikap buruk, sepantasnya diperlakukan sangat buruk.

Bangsa ini apatis dalam mempertahankan hak mereka, karena mereka direndahkan sepanjang hidup mereka, termasuk oleh  Pemimpin/Wakil mereka. Marzuki Alie, Ketua DPR tentang pembangunan gedung DPR mengatakan agar jangan bertanya kepada rakyat karena mereka orang susah, tanya kepada kami, urusan orang elit. M. Nasarudin dan Gayus Tambunan menghamburkan uang yang mereka korupsi yang notabene uang rakyat, tetapi bangsa ini mayoritas bersikap apatis, hanya mampu mengurut dada, tanpa daya.

Pada saat berbuka puasa di bulan Ramadhan, rumah makan penuh, karena semua berbuka puasa dan lanjut santap malam pada saat bersamaan. Apalagi pada saat berbuka, hampir semua tamu yakin bahwa minuman yang mereka pesan untuk berbuka sudah siap di atas meja di hadapan mereka. Termasuk pesanan dari mereka yang datang belakangan atau hanya beberapa  menit sebelum berbuka.

Tamu menunjukkan sikap tidak puas, para pramuniaga berlarian untuk melayani tamu, tetap dengan senyum di bibir mereka, padahal mereka sendiri harus mencuri waktu untuk berbuka puasa. Pramuniaga rumah makan harus selalu mengalah pada Tamu yang berkelakuan buruk. Pernah sekali seorang pramuniaga, perempuan, memperlihatkan sikap tegas dengan berkata: Maaf, pada bulan puasa pelayanan kami agak lambat karena para tamu bersantap pada saat bersamaan. Saya senang sekali dengan jawaban tersebut. Mantaaapppp!

AKU SUKA PEREMPUAN INI: RAMAH, LEMBUT, TEGAS. AKU JATUH CINTA.

Kita semua bertanggung jawab meninggikan martabat bangsa Indonesia.

Kejadian yang dialami Prita Mulyasari yang ditahan oleh Polisi (kasus RS Omni) selama 20 hari, semakin meruntuhkan rasa harga diri dan percaya diri bangsa ini. Dan banyak sekali kasus serupa lainnya yang bisa kita simak dari berita-berita di televisi.

______


Bersambung: Para Pengusaha berhasil membungkam bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun