Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Presiden SBY Selamatkan 190 WNI Hukuman Mati

19 Agustus 2014   05:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:11 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Presiden SBY dalam pidato kenegaraan pada sidang bersama  DPR dan DPD 16/8/2014 menyatakan:

Pemerintah menyelamatkan 190 Buruh Migran Indonesia (BMI) yang terancam hukuman mati diluar negeri

Setidaknya 190 BMI yang diselamatkan dari sekitar 400an yang terancam hukuman mati.

Presiden SBY sebelumnya menyatakan:


  • SBY minta masyarakat untuk paham kalau orang bersalah memang harus dihukum.
  • Menurut SBY yang dijatuhi hukuman mati itu biasanya pelaku pembunuhan.


Jumlah terbanyak dari yang dijatuhi hukuman mati adalah Pembantu Rumah Tangga(PRT).

Presiden SBY menyatakan bahwa banyak PRT kita melakukan kejahatan pembunuhan, tanpa menunjukkan keinginan mempelajari mengapa begitu banyak PRT asal Indonesia menjadi Pembunuh?

Pertanyaan diatas perlu mendapat jawaban karena di Indonesia hampir tidak pernah terdengar PRT kita membunuh majikan mereka.

Hukuman mati terbanyak di Malaysia dan Arab Saudi. Memang banyak majikan dinegara tersebut yang memperlakukan PRT mereka dengan semena-semena.

Majikan semena-mena karena PRT kita lemah yaitu masuk secara Ilegal atau manusia "Patah". TKI Ilegal tentu tidak dalam posisi untuk bernegosiasi, maka mereka diharuskan memilih antara pasrah menerima apa saja perlakuan majikan mereka atau mengamuk termasuk membunuh.

Banyak PRT kita yang "Patah" karena perlakuan buruk yang mereka terima dari instansi pemerintah maupun dari para calo atau Penyalur tenaga kerja. Maaf jika ada BMI atau PRT yang berkeberatan dengan kata "Patah". Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memuliakan BMI kita, PRT kita.

Mengapa banyak PRT menjadi manusia yang"Patah":

10 cara Pemerasan yang dialami PRT yang akan ke luar negeri diantaranya:


  • Manipulasi penukaran uang
  • Tarif angkutan kedaerah asal
  • Angkutan gelap
  • Pungli porter barang


Birokrasi dan biaya birokrasi yang dialami PRT yang akan ke luar negeri:


  • Para calon TKI harus menghadapi 18 birokrasi sejak mengurus dokumen hingga pemberangkatan. Semua alur birokrasi membutuhkan biaya, dan biaya untuk TKI lebih mahal daripada orang biasa.
    Contoh: biaya pembuatan pasport yang biasanya Rp 250 ribu, untuk TKI bisa mencapai Rp 1,5 juta.


Perlakuan semena-mena seperti disebut diatas ditambah PRT kita tidak diberi kesempatan untuk protes malah harus terus menerus tersenyum manis, membuat sebagian dari mereka menjadi manusia"Patah".

Majikan mudah mendeteksi bahwa PRT berasal dari Indonesia  adalah manusia yang "Patah" , maka majikan leluasa berbuat semena-mena.

PRT yang "Patah" bersikap serupa dengan yang ilegal yaitu pasrah atau mengamuk.

Memuliakan Buruh Migran Indonesia termasuk PRT

Tugas bangsa ini memuliakan Buruh Migran Indonesia termasuk PRT  sehingga mereka tegar dan gagah waktu menghadapi majikan mereka di Luar Negeri. Tahu dan sadar akan hak dan kewajiban mereka, sadar akan harga diri mereka. Bangsa ini perlu memuliakan BMI dan PRT asal Indonesia sehingga mereka bangga akan tugas dan jabatan mereka.

Jabatan dan Tugas PRT adalah jabatan dan tugas bermanfaat dan mulia

Kita berharap bahwa Presiden RI mendatang menyampaikan dalam pidato mereka bahwa tidak ada lagi PRT kita yang dijatuhi hukuman mati di luar negeri. Tidak ada yang perlu diselamatkan karena mereka manusia bermartabat.

PRT kita manusia bermartabat bukan pembunuh.

PRT kita yang bekerja diluar negeri adalah penyelamat ekonomi Indonesia dengan besarnya devisa yang mereka bawa bawa masuk Indonesia

Bacaan:

Pemerintah selamatkan 19 WNI hukuman mati

Buruh migran Indonesia yang terancam hukuman mati

10 modus pemerasan tki di bandara

Uang TKI dipakai bayar utang birokrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun