Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden SBY dan Tim Transisi Praktek di Perusahaan

11 September 2014   04:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Presiden SBY ingin menciptakan transisi yang baik antara pemerintah sekarang dengan pemerintah baru ( Presiden Terpilih Jokowi-JK)

Selama ini transisi tidak pernah lancar dan baik, yaitu dari Bung Karno ke Suharto, ke Gus Dur, Gus Dur ke Mega dan Mega ke SBY.

Presiden SBY ingin memberikan info sebanyak-banyaknya terhadap pemerintah baru.

Dengan mengambil inisiatif diatas, maka sepantasnya Presiden SBY dikagumi.

Curhatan Presiden SBY tentang  Tim Transisi

Indonesia dikejutkan oleh curhatan dan komplain Presiden SBY terhadap Tim Transisi (5/9) , dimana Presiden SBY menegaskan bahwa program dan kebijaksaan pemerintah, tetap tanggung jawabnya hingga 20 Oktober.

Presiden SBY menyiratkan adanya unsur dari Tim Transisi yang bertindak seolah-olah sudah memegang kendali pemerintahan.

Disini budaya berbicara, karena jika ada sikap dari Team Transisi yang dirasakan sebagai  mempertanyakan Hak dan Kekuasaan dari Pemerintah sekarang, maka itu suatu  penghinaan.

Karena Masa Transisi ini pertama kali dalam sejarah Republik, ada baiknya kita cermati bagaimana Masa Transisi disikapi dalam suatu Perusahaan.

Mencermati Masa Transisi dalam suatu Perusahaan

Didalam perusahaan "Masa Transisi" untuk setiap pergantian jabatan adalah hal lazim dan suatu keharusan.

Saya lebih menyukai istilah "Berjalan Bersama, sedikit dibelakang" terjemahan bebas dari bahasa Belanda " Meelopen".

"Berjalan Bersama " berlaku bagi semua jabatan mulai dari Petugas Kebersihan sampai jabatan Presiden Direktur.

Bayangkan suatu hari kita masuk kantor, dihadapkan pada lantai dan WC kotor.

Huru hara pasti terjadi dan alasan pergantian Petugas Kebersihan, tidak akan diterima oleh siapapun yang berkantor disana.

Harga diri Petugas Kebersihan (lama) adalah memastikan pengambilalihan jabatannya berjalan lancar, yaitu  kantor yang selalu  bersih.

Berjalan Bersama (Masa Transisi) Direktur Utama

"Pengganti" berjalan bersama "Pejabat" ( Direktur Utama yang menjabat) , mungkin untuk waktu 3-6 bulan karena banyaknya yang harus  dikuasai oleh "Pengganti".

"Pejabat" harus memastikan bahwa  "Pengganti" menguasai pekerjaannya sejak hari pertama resmi menduduki jabatan Direktur Utama.

Manfaat mobil untuk para Direktur

Misalkan dalam Masa Transisi , 2 bulan sebelum peresmian, Pengganti mendengar Perusahaan akan membeli mobil Mercy( mewah) untuk semua Direktur.

Pengganti  menyadari urgensi  melakukan penghematan karena Perusahaan dalam masa sulit.

"Pengganti" pasti babak belur jika diam saja menerima berita pembelian mobil mewah ini tanpa berusaha membujuk "Pejabat" agar mengganti mobil Mercy yang dianggarkan dengan jenis mobil yang lebih ekonomis.

Demikian juga karier "Pejabat" tamat,   kalau tetap membeli mobil mewah, tidak perduli urgensinya penghematan. Andaikan "Pejabat" pindah ke perusahaan lain, nasibnya sama sebab berita pembelian mobil mewah( perusahaan dalam keadaan sulit) akan tersebar kemana-mana.

Harga diri, kekuasaan dan hak memerintah dari para "Pejabat" ,  berada dibawah kepentingan Perusahaan.

Mungkin ada pendapat didalam suatu Perusahaan, baik Pejabat maupun Pengganti bertanggung jawab pada "Pemilik" yang sama, jadi mudah mengatur dan menindak karyawan mana saja.

Pemerintahan SBY maupun Pemerintahan Pengganti juga bertanggung jawab pada pemilik yang sama yaitu Republik tercinta.

Penulis  yakin sesudah melalui  proses pembelajaran ini, "Masa Transisi " dari Pemerintahan Jokowi-JK ke "Pengganti",  berjalan lancar dan memberi manfaatnya sebesar-besarnya pada Republik tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun