Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Swasembada Daging Sapi 3 Kali Gagal dan Revolusi Mental

26 September 2014   02:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revitalisasi ini gagal maka khusus untuk daging sapi diperkenalkan Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) 2008-2010.

Program gagal lagi. Mantan Pertanian Anton Apriyantono mengatakan P2SDS yang menjadi tanggung jawabnya gagal karena laju pertambahan populasi kalah cepat dibandingkan dengan konsumsi.

Penjelasan yang sangat dangkal

2010-2014: Program Swasembada Daging Sapi(PSDS)

Sesudah dua kali gagal mencapai swasembada daging sapi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi(PSDS) tahun 2010-2014.

PSDS 2010-2014 adalah bagian kontrak kerja Menteri Pertanian Suswono kepada Presiden RI SBY.

Banyak pihak berpandangan PSDS 2010-2014 adalah retorika politik.

Ketua Kamar Dagang Sapi Jakarta Raya mengkritik PSDS 2010-2014 sebagai program tanpa aksi nyata. Kementan harus membuat rencana jangka jangka panjang untuk menyediakan stok daging sapi agar aman.

Dalam perjalanannya PSDS 2010-2014 menekankan kuota impor sapi/daging sapi sebagai senjata utama untuk menaikkan produksi sapi. Dibatasinya impor akan menaikkan harga daging sapi. Kenaikan harga ini akan memberikan insentif kepada peternak untuk lebih meningkatkan jumlah sapi mereka.

Dalam kenyataan tingginya harga sapi meningkatkan penjualan sapi oleh peternak juga sapi betina usia produktif bahkan sapi bunting.

Skandal daging sapi yang melibatkan Ketua PKS Lutfi Hasan Ishaaq mengakibatkan pemerintah dan rakyat kehilangan kepercayaan kepada PSDS 2010-2014 .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun