Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Waduk Ciawi Percepat Kehancuran Hulu( Puncak)

2 Oktober 2014   10:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2012 Gubernur DKI Jokowi dan Gubernur Jawa Barat Heryawan “menyetujui” pembangunan Waduk Ciawi untuk menanggulangi banjir di Jakarta.

Salah satu upaya mengatasi luapan sungai nantinya di sekitar hulu yakni di Ciawi dibangun bendungan. Sehingga ketika air hujan atau sungai Ciliwung meluap, maka airnya tertampung di bendungan

Sesudah “persetujuan” diatas, kita mendengar banyak hambatan yang dihadapi dalam pembangunan Waduk Ciawi ini. Diantaranya kesukaran pembebasan tanah, juga tingginya biaya yang dibutuhkan.

Mengenai tingginya biaya pembuatan Waduk Ciiawi, kita simak yang disampaikan Direktur Sungai dan Pantai Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio. Menurut Pitoyo biaya bangun waduk Ciawi rp 3,5 triliun kapasitas 33 juta kubik, sedangkan Jatigede dengan dana yang sama, kapasitasnya hampir 1 miliar kubik. Harga tanah untuk pembuatan Waduk Ciawi sudah mahal sekali.

Kemudian sekitar 2 minggu lalu Wagub A Hok mengatakan Pemda DKI bekerja sama dengan Kabupaten Bogor untuk membangun waduk Ciawi.

A Hok juga mengatakan DKI akan menanggung penuh biaya pembebasan lahan meskipun lahan itu ada di diwilayah Bogor.

A Hok perlu mendengar pendapat para ahli lingkungan kita

Jokowi- A Hok terkesan tidak mempercayai  para ahli lingkungan kita untuk ikut menangani banjir DKI.

DKI berpaling pada para ahli Belanda dan memperdalam kerja sama dengan Pemerintah Kota Rotterdam dengan menandatangani perjanjian kerja sama Jakarta-Rotterdam di bidang tata air untuk periode tahun 2013 hingga 2015.

Pandangan dari ahli lingkungan kita:

·Pembangunan waduk tidak akan mengurangi ancaman banjir dalam jangka panjang. Dalam waktu singkat terjadi pendangkalan waduk oleh sampah dan lumpur yang dibawa air. Dijadikan pemukiman oleh warga.

·Mengembalikan fungsi serapan DAS(Daerah Aliran Sungai) dari 13 sungai dan kali yang melintasi Jakarta. Butuh koordinasi Pusat untuk kerja sama Pemda DKI dan Pemda Jabar karena hulu sungai berlokasi di Jabar. Perbaikan fungsi serapan mulai dari Hulu sampai muara.

·Waduk Ciawi yang akan dibangun dengan cara memotong dan menahan laju aliran sungai rawan jebol. Dikhawatirkan terjadi musibah seperti di Situ Gintung beberapa tahun lalu.

·Di banyak negara cara-cara pembangunan fasilitas fisik seperti waduk sudah ditinggalkan, diganti penghijauan.

·Merevitalisasi situ-situ juga embung-embung, baik yang alami maupun buatan, yang banyak beralih fungsi maupun mengalami pendangkalan.

Pembangunan Waduk Ciawi mempercepat kehancuran Hulu(Puncak)

Menhut mengatakan ruang tutupan hijau di huluhulu daerah aliran Sungai Ciliwung di Puncak, Bogor, hanya bersisa 3-5 persen dari total kawasan hulu, sedangkan seharusnya 90%, berupa pepohonan.

Rendahnya ruang tutupan hijau tersebut, adalah salah satu penyebab banjir Jakarta.

Alih fungsi hutan lindung menjadi vila(liar) berarti peningkatan retribusi daerah, karena hutan lindung tidak memberikan retribusi. Kepala Daerah seperti Gubenur, Bupati dan Walikota mendapat insentif dari retribusi yang dipungut.

Selama ini Bupati Bogor ( sekarang mantan) Rachmat Yasin(RY) tidak menunjukkan minat membongkar ratusan vila liar di Puncak. Karena besarnya tekanan dari DKI dan Pemerintah Pusat, mulai dari tingkat Presiden/ Wakil Presiden dan banyaknya menteri, RY membongkar sebagian kecil vila liar diatas. Itupun dengan syarat pembiayaan oleh DKI.

RY dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor sekarang sedang diadili Pengadilan Tipikor karena suap dalam alih fungsi hutan. Gratifikasi dari alih fungsi lahan lebih menggiurkan dari Retribusi Daerah.

Jika Waduk Ciawi dibangun dan mulai berfungsi maka limpahan dari sungai disekitar Ciawi akan ditampung di Waduk Ciawi. Tidak akan ada lagi istilah Banjir Kiriman. Jakarta praktis bebas banjir, paling-paling genangan karena solokan tersumbat sampah.

Karena tidak ada lagi tekanan kepada Pemda Jabar untuk menjaga apalagi memperbaiki hulu(Puncak) hampir dapat dipastikan vila liar akan tumbuh lebih menjamur dan hutan lindung beralih fungsi.

Longsornya tanah di hulu sejalan dengan kerusakan hulu. Kerusakan hulu ini akan berakibat berkurangnya curah hujan di Hulu(Puncak).

Aliran air  Sungai Ciliwung  mengecil menuju kematian

Jakarta akan kekeringan

Ahli lingkungan dari Belanda menganjurkan Wagub A Hok untuk membangun waduk Ciawi? Hm hm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun