Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di India Pasar Tradisional Berjaya, di Indonesia?

25 Oktober 2014   03:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:49 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toko Serba Ada( Toserba) di India masih jauh dari menguasai pasar ritel. Seluruh lapisan konsumen di India lebih senang berbelanja di Pasar Tradisional.

Sayur mayur dan buah-buahan

Sebagai contoh untuk pembelian sayur mayur dan buah-buahan, 90% kelompok “Papan Bawah” memilih berbelanja di Pasar Tradisional. Untuk mereka yang tergolong “Berada” sedikit berkurang yaitu diangka 80%.

Makanan Pokok

Untuk pembelian makanan pokok seperti bahan pembuat Roti dan Nasi, kelompok“Berada” yang memilih berbelanja di Pasar Tradisional turun dari 80% (untuk sayur mayur) ke 70%.

Kelompok “Berada” berbelanja makanan pokok secara bulanan. Untuk makan pokok dalam sekala besar, harga Toserba lebih menguntungkan.

Toserba

Toserba lokal hanya menguasai 2% dari pangsa pasar makanan dan kelontong dan masih berjuang untuk mencetak keuntungan. Keuntungan mereka kalah cepat dari kenaikan sewa tempat.

Reliance adalah Toserba lokal terbesar di India. Salah satu cabangnya tutup. Diperkirakan perusahaan/cabang yang gulung tikar akan menyusul.

Toserba semula memperkirakan bahwa denganmeningkatnya pendapatan orang India, konsumen akan beralih dari Pasar Tradisional ke Toko yang sejuk, gang yang luas dan berbagai macam pilihan untuk berbelanja.

Mengapa Pasar Tradisional masih lebih disukai

Untuk pembelian setiap hari atau dua/tiga hari sekali, Pasar Trdisional lebih menguntungkan. Contoh sayur dan buah2an, Pasar Tradisional memberikan pilihan yang terbatas tetapi bermutu/segar.

Untuk pembelian setiap hari atau dua/tiga hari sekali, Pasar Tradisonal menguntungkan karena jarak , berlaku juga untuk pembeli yang “Berada”. Umumnya Pasar Tradisonal terjangkau tanpa macet.

Masih ada faktor lainnya yang menguntungkan, yaitu Pasar Tradisional tidak dibatasi jam kerja. Beberapa bahkan bersedia mengantar kerumah pembeli, bebas biaya.

India vs Indonesia

India: Pasar Tradisional dilindungi Undang-undang

Pasar Tradisional di India sangat dilindungi Pemerintah/Undang2. Undang2/Peraturan yang rumit dan berubah-ubah dikenakan pada Investor Asing.

Pemerintah India melindungi kelompok lemah, apalagi menyangkut banyakorang yaitu 10-12 juta Pengusaha Kecil di Pasar Tradisional.

Bangsa India memiliki rasa Rotong Royong, simpati pada pengusaha kecil dalam menghadapi perusahaan raksasa, terutama menghadapi perusahaan asing.

Gotong Royong timbul jika rakyat merasa Pemerintah dan para Pemimpin di pihak mereka.

Indonesia

Berdasar data dari Indonesia Commercial Newsletter June 2011, pangsa pasar modern hingga diterbitkannya Newsletter diatas, mencapai 30%.

Berbeda dengan India, Pemerintah dan Pemimpin bangsa Indonesia tidak mengenal arti/makna Gotong Royong. Pemimpin Indonesia hanya kenal gontok-gontokan.

Pemerintah Indonesia berprinsip selama tidak melanggar Undang maka wajar saja jika ada pihak yang hancur, bangkrut.

Pengusaha besar seperti Toserba lokal maupun asing memiliki hak yang sama untuk mencari nafkah.

Pemimpin kita merasa nyaman berlindung dibalik slogan hebat seperti :

·Kami taati Undang-undang.

·Kami memegang teguh prinsip demokrasi.

·Kami memegang teguh rasa keadilan( kaya miskin, besar kecil) kami perlakukan sama.

·Kami jaga kerja sama antar bangsa, prinsip harga menghargai.

Bacaan:

Grocery retailing in India

Indonesian Commercial Newsletter June 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun