PERSOALAN STUNTING DI INDONESIA
Roberto DowansibaÂ
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negri JakartaÂ
dowansibar31@gmail.comÂ
PENDAHULUAN
Stunting adalah masalah gizi jangka panjang anak yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi yang cukup, yang menyebabkan tubuh mereka lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Ini disebabkan karena kekurangan nutrisi utamanya pada 1000 hari pertama masa pertumbuhannya, atau padah masa pertumbuhannya, jadi kurangnya asupan gizi selama kehamilan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak dan banyak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang gisi, kurangnya nutrisi dan juga keterbatasan finansial. Salah satu risiko yang mungkin terjadi pada anak-anak berusia pendek adalah mereka sering mengalami sakit meghambat, yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, penurunan perkembangan berfikir dan motirik, dan biasanya kesulitan mengunkapakan bahasa. menyampaikan perasaan atau konsep tertentu, serta ketika anak itu Ketika dewasa, dia juga memiliki postur yang tidak normal, seperti angkatannya, sehingga mencegah obesitas dan penyakit lainnya.
PEMBAHASAN
Faktor pertama adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang stunting selama kehamilan dan menyusui, serta kurangnya asupan gizi balita, terutama selama seribu hari pertama kehidupannya. Faktor lainnya adalah faktor genetik dari kedua orang tua, serta faktor pemberian asi eksklusif yang tidak efektif, serta masalah sanitasi likaran 9 sosial dan ekonomi yang tidak mendukung pemenuhan gizi anak. akibat dari stunting
Dampaknya adalah rentang nya terkena penyakit terutama yang bersifat negatif dan juga perkembangan pertumbuhan anak yang tidak optimal. kapasitas dan peforma belajar serta kurang optimal beresiko mengalami obesitas kesehatan rekproduksi menurun.Â
Dalam penanganan stunting di Indonesia,Kementerian Kesehatan RI telah melakukan intervensi gizi spesifik. Adapun bentuknya meliputi Suplementasi gizimakro dan mikro (TTD, Vitamin A, taburia);pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI;Fortifikasi; Kampanye gizi seimbang; Pelaksanaan Kelas ibu hamil; pemberian Obat Cacing; Penanganan kekurangan gizi; dan JKN. Selain intervensi gizi spesifik, Kementerian Kesehatan juga bekerja sama dengan Kementerian dan Lembaga yang terkait dalam melaksanakan intervensi gizisensitif. "Untuk intervensi gizi sensitif, kamimembutuhkan bantuan dari kementerian dan Lembaga yang terkait. Untuk ketahanan pangan, kami membutuhkan peran Kementerian Pertanian disini. Selain itu peran Kementerian PUPR dalam pembangunan sanitasi dan air bersih,Kementerian Desa dan PDTT dalam pembangunan desa, peran Kementerian Agama terkait edukasi.
KESIMPULAN