Soal kompetensi, Mahyeldi hanya tokoh di level Sumbar. Kalau memang Mahyeldi punya kompetensi, harusnya dia tidak mengeluhkan tidak cukupnya dana APBD Sumbar untuk memperbaiki jalan provinsi yang rusak. Pembangunan infrastruktur memang tidak akan cukup jika menggunakan dana APBD Sumbar. Karena itu, dibutuhkan kepiawaian gubernur untuk mencari dana APBN melalui instansi terkait di pusat, misalnya dana alokasi khusus. Untuk mendapatkan dana tersebut dibutuhkan pergaulan dan hubungan baik dengan para pejabat di pusat dan kepandaian melobi untuk meyakinkan pejabat yang berwenang untuk mengalokasikan dana tersebut. Sementara itu, Epyardi tokoh level nasional. Dia pernah jadi Ketua Badan Anggaran di DPR. Artinya, dia ikut dalam pembahasan anggaran negara ini. Kompetensinya di bidang penyusunan anggaran tak perlu diragukan lagi. Jadi, dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau pihak-pihak terkait tentang anggaran. Dia juga punya pergaulan yang luas dengan pejabat-pejabat di pusat. Karena itu, bukan hal yang mengherankan pada 2024, Kabupaten Solok mendapatkan dana alokasi khusus untuk pembangunan fisik terbesar di Sumbar, yaitu Rp107.593 miliar. Kalau perolehan dana alokasi khusus itu tidak memerlukan kepiawaian kepala daerah, tentu semua daerah di Sumbar akan mendapatkan dana alokasi khusus yang sama jumlahnya. Kenyataannya, Kabupaten Solok mendapatkan dana alokasi khusus fisik terbesar pada 2024, tentu saja karena kepandaian Epyardi melobi di pusat dan adanya hubungan emosionalnya dengan pejabat terkait.
Lagi pula, hasil survei Voxpol bukan tolok ukur mutlak preferensi pemilih calon kepala daerah karena hasil survei satu lembaga survei berbeda dengan lembaga lainnya. Sebagai contoh, hasil survei Voxpol berbeda dengan Indikator Politik. Di Pilgub NTT 2024, berdasarkan hasil survei Indikator, elektabilitas Ansy Lema-Jane Natalia Suryanto 36,6 persen, Melki Laka Lena-Johni Asadoma 27,4 persen, dan Simon Petrus-Adrianus Garu 23,9 persen. Sementara itu, menurut hasil survei Voxpol, Ansy Lema-Jane Natalia Suryanto 34,8 persen, Melki Laka Lena-Johni Asadoma 37,6 persen, dan Simon Petrus-Adrianus Garu 19,8 persen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H