Mohon tunggu...
Roberto Armando
Roberto Armando Mohon Tunggu... Novelis - pemerhati politik

penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menelisik Klaim Mulyadi tentang Kelok 9

29 Oktober 2020   19:56 Diperbarui: 29 Oktober 2020   20:04 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lidah memang tidak bertulang sehingga para politikus selalu menjadi kampiun dalam hal bersilat lidah. Satu ciri yang menonjol dari para jago bicara ini ialah mengobral pernyataan dan menyebar kebohongan. Dengan begitu, mereka bisa meraup keuntungan berupa pencitraan.


Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatra Barat, Mulyadi, mantan anggota DPR yang menjadi salah satu kandidat gubernur, gencar mengumbar klaim keberhasilan. Salah satunya ialah tentang pembangunan Jembatan Layang Kelok Sembilan di Limapuluh Kota. Ia mengaku bahwa mega proyek itu terlaksana berkat jasa besarnya.


Ini jelas mengada-ada. Bila dirunut sejak awal proyek ini berjalan pada 2003 hingga akhirnya diresmikan pada 2013, nyaris tidak ada peran Mulyadi di sana. Baik dalam perencanaan maupun pada percepatan pembangunan, tidak terlihat jejak tangan politikus Partai Demokrat itu. Jadi, dia hanya semata "numpang nama" untuk mendongkrak popularitasnya.


Jika ingin menelisik lebih dalam tentang siapa saja yang berjasa dalam pembangunan Jembatan Kelok Sembilan ini, kita bisa melihat salah satu postingan Facebook Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 30 Oktober 2017, SBY mengunggah salah satu capaiannya pada masa silam, yakni saat meresmikan Jembatan Kelok Sembilan. "SBY meninjau pembangunan Jembatan Layang Kelok Sembilan di Limapuluh Kota, Sumatera Barat, pada 30 Oktober 2013. Jembatan yang meliuk-liuk diapit pebukitan itu merupakan salah satu mahakarya anak bangsa. Sebagai ucapan syukur, SBY pun memimpin doa bersama agar jembatan layang ini dapat membawa berkah bagi kemajuan Sumatera Barat dan Riau, serta Indonesia pada umumnya.

Jembatan layang ini merupakan proyek berkesinambungan. Proses pembangunannya sudah dimulai pada tahun 2003, pada era pemerintah Presiden ke-5 RI, Ibu Megawati Soekarnoputeri."Di kalimat terakhir terlihat bahwa SBY saja sangat menghargai peran Megawati yang sudah memulai pembangunan itu. Meski dalam 10 tahun kemudian SBY yang menuntaskan, ia tetap mengapresiasi kontribusi pemerintah sebelumnya. Begitu rendah hatinya. Jauh berbeda dengan anak buahnya, yang tidak ikut berperan, malah ikut mengklaim keberhasilan.


Klaim Mulyadi itu juga dipatahkan oleh pengakuan Karni Ilyas pada acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One pada Selasa, 8 September 2020. Bang Karni bercerita tentang bagaimana ia melobi suami Megawati, Taufik Kiemas, di sebuah rumah makan. Saat itu ia meminta pemerintah bersedia membangun sebuah jembatan layang yang menghubungkan wilayah Sumbar dan Riau.


Jadi, jelas bahwa awal pembangunan Jembatan Kelok Sembilan merupakan hasil inisiasi Karni Ilyas bersama Taufik Kiemas yang diakomodasi oleh Presiden RI saat itu, Megawati. Setahun kemudian, SBY melanjutkan pembangunan.  Sepuluh tahun kemudian, terwujudlah sebuah ikon konstruksi monumental yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Sumbar itu.


Klaim percepatan pembangunan yang sering digaungkan Mulyadi rupanya juga tidak terbukti. Saat proses pembangunan berjalan, ia bukan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR, sehingga tidak terlibat dalam pembahasan. Bagaimana mungkin ia bisa berperan dalam penambahan dana pembangunan Jembatan Kelok Sembilan, kalau dia saja tidak masuk ke dalam tim pembahasan? Ini yang disebut omdo (omong doang).


Satu-satunya anggota legislatif yang mungkin bisa dikatakan berjasa dalam penambahan anggaran pembangunan Jembatan Kelok Sembilan ialah Epyardi Asda. Anggota DPR dari daerah pemilihan Sumbar 1 itu masuk ke dalam Panitia Anggaran. Lantaran lokasi pembangunan jembatan itu bukan berada di dapilnya, ia tidak menggembar-gemborkan peran tersebut.


Begitulah jika rasa malu sudah tidak lagi dimiliki oleh politikus kita. Demi ambisi berkuasa, klaim keberhasilan ia ucapkan begitu saja. Padahal, semua orang tahu siapa yang benar-benar berjasa dan siapa yang cuma "numpang nama" belaka. Kita sebagai rakyat biasa hanya bisa berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa tidak menguji Ranah Minang ini dengan seorang pemimpin yang suka berdusta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun