Mohon tunggu...
KASWORO
KASWORO Mohon Tunggu... Buruh - Adigang adigung Adiguna

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersenang-senang kemudian Semarang, 30 April 1972

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ritual Ulang Usia Pada Usia Matang

8 April 2013   21:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika memasuki ulang usia, banyak diantara kita mengingatnya dengan perayaan yang meriah, terutama pada usia muda. Mereka merayakan ulang tahun dengan berbagai cara,namun pada intinya mereka secara solidaritas menjalani ritual syukuran karena telah menginjak usia tersebut. Jadi bukan karena kemeriahan yang menjadi tolak ukur ketika seseorang merayakan ulang tahun, tetapi secara sengaja atau tidak sengaja mereka sedang membagi rasa syukur kepada teman-temannya.

Usia muda selalu identik dengan kemeriahan, hura-hura, makan-makan dan senang-senang, apalagi yang berhubungan dengan ritual pribadi pasti mereka cenderung membuat acara yang dibuat semeriah mungkin dengan alasan tidak setiap hari dan membuat moment yang tak terlupakan. Apapun dan bagaimanapun itu hak mereka, kita tak bisa menghalang-halangi apalagi sampai melarang. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengawasi dan memgingatkan jangan sampai melampaui batas norma dan melanggar hukum.

Ketika kita memasuki usia matang atau dewasa perayaan seperti itu akan membuat kita malu pada diri sendiri, biasanya mereka cenderung merayakan bersama keluarga dengan makan bersama dirumah atau diluar. Jarang yang mengundang teman-teman mereka lalu makan- makan bersama, karena pola pikir orang yang berusia matang berbeda dengan mereka yang masih berusia muda. Ada orang yang berusia matang memandang ulang tahun sebagai suatu yang biasa dan berulang-ulang sehingga untuk merayakan secara meriah membutuhkan banyak biaya lebih baik untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Namun ada juga orang berusia matang yang sangat sakral, sehingga memandang ulang usia sebagai ritual yang bisa menentukan keadaan atau keberuntungan pada usia selanjutnya. Mereka menyambut kedatangan ulang tahun dengan berdoa, merenung bahkan sampai ada melakukan ritual puasa.

Penulis yang telah berusia pasca empatpulahan, dan sebentar lagi berulang usia sedang galau, karena mempunyai pola pikir yang majemuk. Sejak kecil penulis tidak pernah merayakan ulang usia sehingga sehingga menganggap ulang tahun hal biasa dan lewat begitu saja padahal penulis ingin sekali yang mengucapkan selamat dari teman-teman yang banyak sekali atau ada yang mengadakan surprise party, tapi itu semua mustahil. Penulis juga ingin melaksanakan ritual menjelang ulang usia melakukan doa dan puasa, sayang tidak pernah terlaksana, namun penulis masih mempunyai setitik kebanggaan karena istri dan anak-anak penulis tidak pernah lupa memberi ucapan selamat dan doa yang tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun