Mohon tunggu...
KASWORO
KASWORO Mohon Tunggu... Buruh - Adigang adigung Adiguna

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersenang-senang kemudian Semarang, 30 April 1972

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dampak Sebuah Adegan Televisi

18 April 2013   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:01 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kalau kita perhatikan dengan seksama dan teliti,tayangan televisi sekarang sudah tidak menghibur lagi. Bagi anak-anak akan membawa dampak buruk untuk kedepannya, karena selalu menampikan adegan yang tidak baik dan berulang-ulang. Untuk kita yang dewasa adegan semacam ini tidak berpengaruh karena orang dewasa menonton mengunakan logika dan pengetahuan, sedangkan anak kecil menonton tayangan televisi menggunakan memory dan fantasy.
Yang membedakan seorang yang telah dewasa dengan seorang anak kecil terhadap sebuah adegan dari sebuah tayangan :
orang dewasa menganggap sebuah adegan dalam tayangan itu adalah palsu atau sebuah gambaran, maka reaksinya spontan dan tidak berkelanjutan, kalau adegan itu lucu ia akan tertawa, kalau adegan itu sedih ia akan terharu bahkan sampai menangis, sedangkan
seorang anak menganggap sebuah adegan dalam tayangan adalah nyata dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, maka reaksinya adalah ia akan terdiam untuk merekam adegan itu kemudian timbul keinginan untuk meniru adegan itu.
Sedangkan tayangan sekarang selalu menampilkan adegan-adegan yang tidak baik anehnya selalu diulang-ulang. Hampir setiap hari kita akan menyaksikan seorang bintang tamu dikerjain oleh hoss atau seorang peran pembantu yang jadi bulan-bulanan peran utama demi nama kelucuan. Yang menyedihkan lagi sifat kewanita-wanitaan yang dibawakan oleh seorang lelaki, dan pembawaan atau karater seperti itu seakan menjadi trend malah menjadi syarat untuk seorang new comer.
Perselisihan yang tidak ada ujung pangkalnya dibumbui makian dan sumpah serapah, perceraian para artis dan mencari popularitas dengan menebar sensasi, semua ini berita- berita yang tidak mencerdaskan pemirsa hanya memburu rating dan lepas tanpa sensor. Kalau ini dibiarkan terus bagaimana pola pikir anak-anak kita kelak jika mereka mendapat pembelajaran seperti ini. Ini harus segera dihentikan, stop selebrity konyol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun