lekat tak sepekat hitam,
terang tak sebenderang putih,
tranparasi adanya jiwa yang bias,
tak melulu lurus pada tujuannya.
entah kenapa jiwaku seperti kelam tapi berbinar,
hanya aku dan tetap aku yang hanya bisa memahami itu semua,
kamu, dia, entah siapa pasti pucat tuk mengerti semua ini.
seperti layaknya menembus gelap malam yang tak pernah berakhir,
akulah sang abu-abu yang tak pernah bisa konstan,
akulah sang abu-abu yang merindukan ini itu,
akulah sang abu-abu yang mencintai kamu, dia, dan siapa,
dia pun sang abu-abu yang selalu mencari makna dari jiwa abu-abu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H