Mohon tunggu...
Robert Strong
Robert Strong Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Westeros

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mempertanyakan Nasionalisme Haris Azhar dan Ernest Prakasa

21 April 2014   15:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya artikel ini seharusnya dibuat menjadi dua artikel yang berbeda, yaitu membahas nasionalisme Haris Azhar dan Kontras; dan membahas nasionalisme pelawak Ernest Prakasa, namun karena secara umum topiknya sama yaitu adjektif berupa "nasionalisme" maka saya jadikan satu paket pembahasan saja.
Menurut pemahaman saya definisi nasionalisme adalah suatu paham yang dimiliki sekelompok manusia yang hidup dalam satu wilayah yang sama; atau memiliki kewarganegaraan yang sama; atau memiliki etnis yang sama; atau memiliki budaya yang sama; atau memiliki bahasa yang sama yang hidup dalam suatu negara yang melahirkan keinginan bersama untuk mempertahankan kedaulatan negerinya karena merupakan tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Bagi kaum nasionalis, benar atau salah adalah negara saya, right or wrong is my country.
Dalam kaitan dengan ini sayangnya Indonesia terdapat beberapa warga yang bukan saja tidak memiliki rasa cinta tanah air akan tetapi juga berkolaborasi dengan asing untuk melemahkan negaranya; dan bahkan bertindak lebih jauh dengan meminta negara asing melakukan intervensi ke dalam negara Indonesia. Dalam bahasa yang lebih frontal mereka adalah para komprandor; para penghianat dan antek asing, setara dengan orang-orang yang bekerja sama dengan Belanda; Jepang dan Portugis menjajah kepulauan Nusantara demi keuntungan pribadi masing-masing.
Umumnya hampir semua aktivis HAM, dan demokrasi di Indonesia, termasuk organisasi mereka bekerja sama dengan asing untuk melemahkan Indonesia, terutama LSM nama besar seperti Kontras; Elsham; LBH Jakarta; Walhi; Imparsial; AJI; dan YLBHI. Mereka adalah lembaga-lembaga yang dioperasikan anak bangsa tapi kegiatan utamanya adalah merusak nama baik bangsa ini dan sering meminta negara lain untuk melakukan intervensi atas kedaulatan Indonesia. AJI misalnya, beberapa bulan lalu membuat laporan ke Uni Eropa mengenai persoalan HAM di Papua Barat serta meminta Uni Eropa menekan Indonesia menyelesaikan persoalan ini. Pertanyaannya mengapa AJI melaporkan ke Uni Eropa padahal Indonesia bukan anggota Uni Eropa? Mengapa AJI tidak membuat laporan ke Komnas HAM atau membuat laporan ke pemimpin negara ini seperti presiden atau DPR?
Demikiran juga dengan Kontras, selain mereka menerima dana asing dari lembaga bernama Kairos dalam jumlah sangat besar; Kontras juga merupakan mata-mata atau sumber informasi yang digunakan Jennifer Robinson, pengacara Gerakan Papua Merdeka untuk memerdekakan Papua Barat dari Indonesia, jadi bukan saja Kontras mendukung kemerdekaan Papua Barat tapi mereka juga bertindak aktif mendorong kemerdekaan tersebut. Yang lebih keterlaluan adalah, Haris Azhar pemimpin tertinggi Kontras pernah dengan tidak malu meminta Uni Eropa untuk pro aktif dan kalau perlu melakukan intervensi serta mendukung Kontras menegakan HAM di Indonesia dengan guyuran donasi.
Berdasarkan fakta di atas saja harus mengatakan bahwa ada keraguan bahwa Haris Azhar dan Kontras memiliki nasionalisme? Apakah mereka cinta Indonesia atau jangan-jangan mereka lebih cinta Euro daripada Rupiah? Bila cinta Indonesia mengapa mereka melakukan berbagai tindakan yang mendiskriditkan dan melemahkan Indonesia? Kita tentu ingat resistensi Kontras terhadap usaha menjadikan TNI sebagai prajurit yang profesional dengan senjata lebih modern. Jangan-jangan bagi Haris Azhar dan Kontras mungkin lebih baik TNI dibubarkan supaya negara induk mereka dengan mudah mencaplok Indonesia kembali.
Sedangkan nasionalisme Ernest Prakasa perlu dipertanyakan karena materi stand up comic yang sering dia gunakan, yaitu suku, agama, ras dan antar golongan. Masalahnya ini adalah topik sensitif dan hanya membutuhkan satu kesalahan penyampaian yang menimbulkan gesekan antar ras dan bila ini terjadi maka anggota ras atau suku dari Ernest yang lain akan mendapat getahnya. Contoh paling mudah adalah ketika kemarin dia memposting foto Anis Matta, pemimpin Islam negeri ini yang wajahnya diinjak, dan betul saja tagline dari yang protes bermunculan dengan nada sama: "Cina rasis anti Islam."
Apakah Ernest Prakasa memiliki nasionalisme? Orang yang nasionalis tidak akan sengaja melakukan tindakan yang dapat menyebabkan stabilitas negara ini terganggu demi uang. Ada baiknya Ernest mencoba mencari materi lain selain SARA, sebab lelucon SARA hanya bisa dimengerti orang di kalangan dekat yang memahami bahwa tidak ada niat buruk di balik lelucon itu, akan tetapi bagi kalangan luar mungkin akan salah intepretasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun