Mohon tunggu...
Robby Sopyan
Robby Sopyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Alam Semesta

Terus belajar, terus berproses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Hari Guru Nasional 2023: Apa yang Sudah Baik?

25 November 2023   21:10 Diperbarui: 25 November 2023   21:30 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 25 November merupakan hari yang penting bagi insan pendidikan di Indonesia, pasalnya tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru dianggap sebagai pemeran utama dalam lakon Pendidikan Nasional, mereka merupakan garda terdepan dalam mewujudkan salah satu cita-cita kemerdelaan bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan atau kemunduran  kehidupan suatu masyarakat hari ini tak terhindar dari cerminan bagaimana proses pendidikan yang mereka dapatkan, kualitas guru salah satu kuncinya.

Dalam momen Hari Guru Nasional ini, penulis tertarik untuk merefleksikan dunia pendidikan khususnya profesi Guru. Hari Guru jadi momentum yang tepat untuk sejenak bercermin, merenungkan mana yang sudah baik, mana yang harus dibenahi dan tantangan apa yang harus dilewati.

Apa yang sudah baik?
Penulis mencatat beberapa hal yang sudah lebih baik seputar pendidikan dan profesi guru. Diantaranya sbb:


1. Pengangkatan Guru menjadi ASN PPPK
Salah satu yang krusial di kalangan Guru adalah isu kejelasan status. Oleh karena itu, Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud melihat isu ini sebagai hal utama yang perlu diperhatikan. Walau masih banyak catatan dan perlu perbaikan, namun dengan dibukanya 319.716 formasi ASN PPPK Guru tahun 2022 dan 296.059 formasi tahun 2023 merupakan suatu langkah yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas kesejahteraan guru dan memperjelas status profesi guru.


2. Kurikulum Merdeka
Salah satu kunci suksesi sistem pendidikan adalah kurikulum. Penulis berpandangan bahwa hadirnya Kurikulum Merdeka menjadi alternatif sistem pendidikan kita yang dituntut siap menghadapi situasi global yang dinamis. Penulis mencatat, intisari dari Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas. Melalui kerangka teori belajar kognitif dan konstruktif, Kurikulum Merdeka dianggap relevan dengan karakter dan budaya lingkungan belajar di era serba teknologi dan banjir informasi sekarang.


3. Digitalisasi Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan suatu program adalah efektifitas dan efisiensi. Penulis mencatat pemerintah sangat gencar memanfaatkan digitalisasi dalam dunia pendidikan. Diantaranya dengan hadirnya Platform Merdeka Mengajar atau disingkat PMM. Melalui platform itu, guru bisa mengupgrade diri, mengikuti pelatihan-pelatihan mandiri, melihat video-video inspirasi dalam satu genggaman. Bayangkan zaman dulu ketika pemerintah punya suatu program, banyak anggaran yang dihabiskan untuk mengadakan acara-acara pelatihan, workshop dan sejenisnya secara tatap muka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun