Mohon tunggu...
Roby Arsyi
Roby Arsyi Mohon Tunggu... Freelancer - Learn and Focus

If i have seen further than others it is by standing upon the shoulders of giants -issac newton-

Selanjutnya

Tutup

Nature

Manusia dan Lingkungan yang Berkelanjutan

15 Mei 2021   18:28 Diperbarui: 15 Mei 2021   21:20 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Akhir-akhir ini, pesat nya pertumbuhan penduduk begitupun dengan meningkatnya kebutuhan manusia tak sebanding lurus dengan pemahaman dan kesadaran akan lingkungan hidup, sehingga lingkungan kian terkorbankan demi memenuhi kebutuhan manusia. Padahal pada realitas nya antara manusia dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik kedua nya saling berkorelasi dan berdampak satu sama lain. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya berlangsung secara dinamis bukan statis, karena itu keterjalinan manusia dan lingkungan merupakan keterjalinan sadar yang dipahami, dihayati dan dijadkan akar serta inti kepribadiannya, bukan penerimaan tanpa dapat dipikirkan (Mujiono, 2001). Dengan demikian keterhubungan lingkungan hidup dan manusia menjadi keterhubungan yang tak pernah selesai selama kehadiran manusia masih ada dan alam masih menjadi bagian penting dari kehdiupan manusia itu sendiri demi memenuhi kehidupannya.

Menjaga lingkungan hidup merupakan sebuah kesadaran kolektif yang harus terpatri dalam diri manusia, agar senantiasa tetap terjalin keberlanjutan, mengutip dalam artikel PA2 sebelumnya yang berjudul “Perempuan dan Segudang Sampah Fashion” penulis memperumpakan alam layak nya pelacur sebagai pelayan nafsu dan syahwat eksploitatif manusia, yang dimanfaatkan tanpa adanya rasa kewajiban dan tanggung jawab untuk keberlangsungan. Tak dapat dapat dipugkiri memang kita manusia sebagai mahluk sosial memang sangat bergantung pada alam ataupun lingkungan, tetapi pertanyaan nya apakah kita telah menempatkan alam kita layaknya “kekasih yang kita sayangi ?” atau malah kita menganggap nya “sebagai palacur tadi ?” perlu adanya tanggung jawab dan pandangan yang hoilistik terkait kebermanfaatan dan keberlanjutan lingkungan kita, yang memahami bahwa semua komponen kehidupan saling berinteraksi dan berhubungan satu dengan lainnya, saling mengikat dan saling terkait, begitupun saling mempengaruhi, Chapra berpandangan bahwa kelestarian lingkungan dapat terwujud apabila manusia dapat memandang lingkungan secara utuh dan menyeluruh, yang pada akhirnya kelestarian lingkungan menumbuhkan harmonisasi dan keseimbangan kehidupan yang berkelanjutan.

Keberlanjutan Kita (Manusia dan Lingkungan)

Keberadaan lingkungan di sekitar kita termasuk alam menjadi keuntungan sekaligus kebutuhan untuk kita (manusia), sehingga keberlanjutan alam menjadi keberlanjutan manusia pula. Keberlangsungan manusia dan alam atau segala macam mahkluk hidup muka bumi ini dilandasi dengan sebuah sistem yang bernama “ekosistem”. (Soemarwoto, 1983) menjelaskan ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan ini keseimbangan ekosistem terjadi apabila relasi-relasi antara mahkluk hidup, saling membutuhkan, dan saling memberi apa yang dibutuhkannya, sehingga terjadi keberlanjutan antar mahkluk hidup dengan sebuah sistem yang terjaga.

Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan segala sesutau yang berada di sekeliling makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga kelestariaanya secara alami maupun dengan sentuhan tangan manusia tanpa Batasan waktu (Rahayu, Hana, & Abdul, 2018), Commission on Environment and Development (WCED) lebih jauh lagi mendefinisikan berkelanjutan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sehingga kesejahtraan dan keberlangsungan kehidupan manusia dimasa yang akan datang menjadi tugas dan kewajiban kita saat ini, maka tak ayal jika anak cucu kita nanti di masa yang akan datang sengsara karena lingkungan yang rusak menyalahkan kita semua yang hidup di masa saat ini karena memang semua nya saling berkaitan dan saling berhubungan.

Peran Manusia

Manusia sebagai bagian dari sebuah komponen dalam ekosistem sejatinya memilki dua peranan pentingan dalam menjaga keberlangsungan, dia menjadi objek yaitu manusia yang merupakan bagian dari suatu sistem, sehingga manusia menjadi sasaran juga dalam sistem tersebut yang terdampak jika rusak nya ekosistem, manusia juga menjadi subjek yang dalam realitas kehdiupan nya memiliki peran dalam lingkungan untuk mengatur, meracik, mengolah, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan di sekitar nya dengan arif dan bijaksana. Maka peran manusia antara subjek dan objek memilki relasi keterkaitan yang kuat yang pada akhirnya akan berdampak pada manusia itu sendiri, hal ini lah yang kerap kali tidak dipahami secara utuh oleh kita semua, kendati manusia merupakan zoon politcon yang selalu ingin beradaptasi dan bergaul dengan yang lainnya, fakta nya kita tetap lalai atas kebutuhan dan keutuhan kita sendiri.

Bagaimanapun juga manusia menjadi mahkluk yang paling bertanggung jawab dalam kelestarian lingkungan, karena dengan akal dan logika nya seharusnya bisa menghantarkan nya pada titik kesadaran kolektif yang membawa pada keberlangsungan ekosistem lingkungan di dunia ini, pun juga memang kita manusia dan mahkluk hidup lain nya tak bisa lepas dari kelestarian lingkungan.  Dalam Islam sendiri perintah untuk senantiasa mengelola bumi telah dipercayakan pada manusia sebagaimana yang tertera dalam QS al-Baqarah:30 yang tersirat makna bahwa manusia merupakan khalifah di bumi, oleh karena nya kita (manusia) seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi dengan kelestarian lingkungan (alam). Karena itu tanggung jawab manusia atas dunia mencakup segala mahkluk, begitupun didalam nya binatang, tanaman, dan segala yang ada di bumi, dominasi manusia dimuka bumi seharusnya menjadi kekuatan kolektif dalam kelestarian lingkungan bukan malah sebaliknya.

References

Capra, F. (2002). Jaring-Jaring Kehidupan: Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan . Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru .

Mujiono, A. (2001). Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina.

R. E., H. S., & A. M. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan. Modul.

Soemarwoto, O. (1983). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan . Jakarta: Djambatan.

Suharsono, N. A. (2020, Desember 14). Perempuan dan Segudang Sampah Fashion. Retrieved Januari Sabtu , 2021, from Pendidikan Analisis dan Advokasi: http://pendidikanansosadvokasi.blogspot.com/2020/12/perempuan-dan-segudang-sampah-fashion.html

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun