Kemudian masalah hal yang dipertanyakan. Hindari pertanyaan tentang persepsi orang lain terhadap diri klien/siswa karena jawaban itu hanya intuisi dari pihak kedua (klien/siswa). Tekankanlah pada pertanyaan yang lebih menjurus kepada argumen siswa/klien, seperti “apa pendapatmu”, “ceritakan pengalamanmu” dsb. Hal itu lebih mudah dijawab oleh siswa/klien.
Jika diperlukan ajaklah siswa/klien untuk menirukan beberapa tokoh yang bersangkutan dalam permasalahannya tersebut. Seperti menirukan gaya guru killer saat memarahi diri klien/siswa. Dengan begitu mempermudah konselor untuk memahami apa yang dialami klien/siswa.
Dan jangan lupa, sempatkan konselor untuk mengutarakan ringkasan di sela-sela konseling tentang apa yang barusan diceritakan oleh siswa/klien tadi. Dengan tujuan agar persepsi yang telah digambarkan konselor tadi sama dengan yang digambarkan siswa. Sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang berakibat timbul pemecahan masalah yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H