stunting, yang terutama mengancam kesehatan dan gizi anak-anak. Stunting mengacu pada kondisi pertumbuhan yang terganggu pada anak-anak, yang ditandai dengan tinggi badan yang rendah untuk usianya. Kondisi ini menjadi kekhawatiran bagi pasangan usia subur (PUS) yang merencanakan keluarga, karena dampak jangka panjangnya meliputi rendahnya imunitas, kesulitan belajar, hingga potensi pendapatan yang lebih rendah di masa depan.
Salah satu isu kesehatan krusial di Indonesia saat ini adalahDalam upaya mengatasi stunting, pemerintah melalui RPJMN 2020-2024 serta Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, memprioritaskan percepatan penurunan angka stunting sebagai salah satu agenda negara. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan penyediaan data yang akurat dan terbaru melalui Sistem Informasi Keluarga (SIGA). Data ini diperoleh melalui verifikasi dan validasi keluarga risiko stunting (Verval KRS), yang kemudian disusun dalam booklet sebagai panduan bagi para pemangku kebijakan.
 Booklet ini dirancang oleh mahasiswa PKL dari Universitas Negeri Semarang yang memiliki latar belakang biostatistik dan kependudukan. Mereka bekerja sama dengan tim pelaporan dan statistik dari BKKBN DIY, menggunakan analisis regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor risiko utama yang berhubungan dengan stunting. Berdasarkan analisis statistik, ditemukan bahwa beberapa variabel signifikan terkait dengan risiko stunting, seperti kondisi "Terlalu Tua" pada PUS yang memiliki risiko 15 kali lebih tinggi, diikuti oleh faktor "Terlalu Banyak" dengan risiko 4 kali lebih tinggi, serta tingkat kesejahteraan yang rendah.
Ketua tim kerja pelaporan dan statistik pengelolaan TIK, Zuhdi Astuti., S.K.M, M.Psi. Â menyatakan bahwa booklet ini merupakan langkah penting untuk memahami faktor risiko stunting yang selama ini kurang dimanfaatkan dari sisi analisis statistik. Ia berharap hasil dari booklet ini dapat dipublikasikan lebih luas untuk digunakan oleh lintas sektor pemangku kebijakan dalam menyusun strategi penanggulangan stunting yang lebih tepat sasaran.
Sebagai tindak lanjut, booklet ini akan menjadi referensi bagi kebijakan penanganan stunting di DIY, khususnya dalam optimalisasi pendampingan keluarga risiko stunting yang dilakukan oleh kader TPK. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas program pencegahan stunting di Yogyakarta, membantu keluarga yang berisiko agar tidak terdampak stunting, dan menciptakan generasi yang lebih sehat di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H