Mohon tunggu...
Robby Febrianto
Robby Febrianto Mohon Tunggu... -

lulusan arsitektur yang sekarang bergelut dengan desain interior, suka fotografi tapi masih belum jadi fotografer..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tahu

27 Oktober 2015   09:40 Diperbarui: 27 Oktober 2015   10:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengobrol dan berdialog dengan tatap muka langsung atau terhubung langsung melalui pesan suara masih merupakan media komunikasi yang menurut saya lebih seru, asyik dan jauh dari salah paham karena kita bisa tahu apa dan bagaimana lawan bicara kita merespon terhadap apa yang sedang kita perbincangkan. Bertukar pendapat dan mendiskusikan sesuatu yang lagi HOT dan IN selalu bisa mencairkan suasana dan membuka gerbang obrolan yang layak untuk menghabiskan waktu sambil leyeh-leyeh sambil nge-teh dan nyuilin gorengan atau snack.

Tapi semakin majunya zaman dengan iring-iringan teknologinya, kesempatan untuk ngobrol sambil bertatap muka makin jarang untuk bisa dilakukan. Kesibukan di dunia kerja dan rutinitas lain benar-benar menyita waktu. Bahkan akses untuk informasi pun kita seringkali hanya mengandalkan media-media online. Keterbukaan informasi di dunia ada di ujung jari. Dan dari kemudahan mendapat informasi tersebut kemudian muncullah fenomena baru. Fenomena TAHU !!!(ada sound fx: JEENG JEEEEEENG!!)

Banyak informasi berseliweran baik di media online maupun media sosial seperti FB, Path dll, sehingga tentang apa pun seharusnya bisa dengan mudah kita cari-temukan dengan mudah. Dan kemudian muncul lagi istilah KUDET (KURANG UPDATE) untuk rekan/kawan kita yang jarang update status atau tidak mengikuti perkembangan terkini. Justifikasi yang "kejam" tapi memang populer di sekitar kita.

Bila tidak ikut komentar, dibilang "gak peduli, gak peka, gak simpati dan bla bla bla". Tetapi sesungguhnya dibalik TAHU dan TIDAK TAHU disaat kita menanyakan perihal sesuatu kepada seseorang dalam suatu obrolan, terkandung objektifitas orang tersebut dalam menilai suatu perkara. Objektifitas yang hakiki penuh ke-haqqul yakin-an (hehehehe..). Ya namanya nggak tahu, ya udah. Selesai. iya toh??!!..

Dan yang paling berbahaya itu adalah SEOLAH-OLAH TAHU tentang suatu keadaan, peristiwa atau tindakan orang lain, yang kita sendiri bahkan tidak ikut mengalami, tidak ikut terlibat, tidak ikut berkecimpung atau apapun istilahnya. Subyektifitas yang kental dengan bumbu NAIF (bagi yang terlalu cinta) atau DENDAM (bagi yang terlalu benci).

Sikap dan perilaku SEOLAH-OLAH TAHU ini sangat berpotensi menjadi YANG PALING TAHU dan dengan sedikit zat adiktif bernama "EGO", maka tadaaaaaaaa!!!..Jadilah dia TAHU GEMBuuOOOOS yang nampak besar, padat dan mantap tapi ternyata isinya minim (kalau tidak mau dibilang kosong..hehehe)

Tapi bagi kita para penikmat TAHU, ya udah dinikmati aja. Itung-itung bisa memperkaya keanekaragaman kuliner Indonesia terutama varietas TAHU NUSANTARA. Jikalau enak ya ditelan dan jikalau rasanya tidak enak, ya udah dilepeh. Jangan ditelan. Kasian lambung kita tersiksa oleh sesuatu yang 'menyakitkan diri sendiri'.

Salam TAHU HANGAT kinyis-kinyis plus bumbu petis.

RF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun