Jujur saja, saya agak sedikit risih dengan pemilihan judul di Kompasiana yang mirip akhir-akhir ini : "Karena Kompasiana, anu saya jadi begini", "Karena Kompasiana, tetangga saya nganu", "Karena Kompasiana, anumu semakin nganu" dan sejenisnya. Awalnya sih oke oke saja saat ada satu dua orang yang memakai judul begitu. Tapi karena terus-terusan dipakai terus, gundulku langsung cenat cenut. Duh, apa cara berpikir saya yang salah? Terus...aku salah opo?
Sekarang saja ketika tahu ada yang pakai judul "Karena Kompasiana..", mendadak saya ingin pergi ke toilet...cuci muka. Sebenarnya boleh-boleh saja atau tak ada larangan memakai judul yang mirip. Cuma kok kesannya nggak kreatif, latah dan juga (sori) terkesan cari muka pada Kompasiana, yang ujung-ujungnya mengincar Headline...ayo ngakuuu. Ah, saya percaya teman-teman di sini nothing to lose semua. Persetan Headline! Emuten kono.
Dalam kehidupan sosial, Pak Lurah menganjurkan untuk mencari (memperbesar) persamaan daripada perbedaan pada diri orang lain. Tapi dalam konteks ini, 'berbeda' bisa jadi malah dianjurkan dan itu keren. Kita dituntut kreatif dan inovatif untuk menghasilkan karya yang orisinil, otentik dan brilian.
Jadi ingat pituturnya Kurt Cobain : Â
"They laugh at me because I'm different; I laugh at them because they're all the same (Mereka tertawa karena melihat aku berbeda; aku tertawa karena melihat mereka semuanya sama)."
Well, Kurt Cobain memang rocker busuk tapi setidaknya ada satu sisi kejeniusannya yang membuat kita terinspirasi. Coba saja bayangkan kalau semua orang atau apapun itu sama. Apa jadinya dunia ini. Dalam konteks yang lebih luas, maling atau penjahat memang dihakikatkan ada. Ada hitam, ada putih..itulah dialektika (kapan-kapan mbahas soal ini...rodok abot iki).
Orang disebut keren bisa jadi karena dia berbeda. So, kalau ingin keren, jadilah orang yang tampil dan berpikir berbeda. Yang penting tidak saling mendiskreditkan. Anak Metal nggak usah mengejek anak Dangdut. Se-Metal apapun orang, saat resepsi pernikahan paling juga muter lagunya New Pallapa (grup Dangdut) huwehehe. Tak ada manusia yang lebih unggul, kelebihan manusia yang satu adalah kekurangan manusia yang lain, begitu sebaliknya.
Saya nulis soal ini bukan berarti saya keren atau lebih hebat dari anda. Bisa jadi malah lebih menclek dari anda. Saya bukan pakar soal tulis menulis. Juga bukan penulis. Saya nulis berdasarkan feeling saja. Pokok nulis ae, ganok urusan. Kata teman Kompasianer, saya adalah penulis moody. Nulis hanya saat lagi mood, kalau nggak nulis berarti lagi ngemut..?
Jadi menurut saya, judul nggak selalu "Karena Kompasiana.." . Bisa saja judulnya malah nggak ada kata Kompasiana, tapi di dalam tulisannya mengisyaratkan Kompasiana. Misal : "Website Ciamik Yang Membuatku Tidak Jomblo Lagi.." atau "Hai Mblo, Pingin Pinter Nulis? Datang Saja Ke Sini..". Bosen rek, judul kok "Karena kompasiana gundulmu amoh.." Sampeyan iku lho, mau cari muka kok terang-terangan, ngincer headline huwehehehe...guyon boss.
Ampun boss, kalau ente memang kreatif jangan bikin judul "Karena Kompasiana.." lagi ya..plisss. Kalau tetap nekad, ya sudah...sakarepmu. Wis ah....trims.
Solo, 17 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H