Kalau kamu berposisi orang yang berduit dan suka musik, pasti akan beda dalam tindakan dan omongan. Intine, nek kere ojo rame.
Soal Coldplay mendukung elgebete, itu khan urusan privasi mereka. Bekgron norma dan budaya kita beda. Kalau hal seperti itu diurusi, nggak bakalan ada konser di sini. Norma adat budaya Timur dan Barat itu beda. Kita apresiasi karya seninya, kita buang jauh ideologinya.
Kebanyakan rock star itu hidupnya kacau. Sebut saja Freddy Mercury (Queen) yang homo kelas kakap. Rob Halford (Judas Priest) juga gay tulen, dan banyak lagi.
Sudahlah, mau nonton silahkan, enggak juga monggo. Nggak usah kakean alibi. Dan juga nggak usah sentimentil, stress karena nggak bisa nonton.
Aku fan die hard Dream Theater (DT), tapi nggak pernah sekalipun nonton konsernya. So what. Aku sama sekali nggak sedih. F*ck the world. Tiketnya terlalu mahal untuk ukuran buruh pabrik sepertiku. Dosa kalau aku memaksakan nonton. Aku punya keluarga yang harus dihidupi.
Aku kenal DT sejak masih abege dan juga band metal barat 80-90an. Aku tumbuh bersama musik mereka. Sebut saja Helloween, Metallica, Iron maiden, Judas Priest, Queensryche, Manowar, Sanctuary, Savatage, Megadeth, King Diamond, Loudness, ..Tapi sama sekali nggak pernah nonton konsernya. Pernah nonton Helloween, tapi pakai kartu pers.
Persetanlah. Nggak perduli kalau aku hanya kenal mereka dari sampul kasetnya dan belajar sejarah musik rock dari majalah Hai. No problem at all.
Ini salah satu yang aku dapat dari Cak Nun, bahwa kita harus sombong pada dunia. Jangan mau dikalahkan dunia. Nggak bisa nonton Coldplay kok sedih. Justru kalau kamu memaksakan diri nonton Coldplay itu menyedihkan.
Wis ah sesuk disambung maneh...
Sugeng ambal ban eh, warsa Mbah Nun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H