Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semangat Spartan ArtOs Nusantara yang Luar Biasa

26 Mei 2023   14:26 Diperbarui: 26 Mei 2023   14:49 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang seniman, menyelenggarakan pameran itu koyok deos mbledos. Lega rasanya, kenikmatan paripurna. Setelah gulung kuming berkarya, akhirnya dipamerkan juga. Apalagi kalau banyak mendapat apresiasi dari para petinggi negeri. Langsung mumbul wis.

Pameran seni itu bukan soal laku atau tidak laku. Harus dibedakan antara pameran seni dan pasar seni. Walaupun di pameran seni kadang ada transaksi juga, tapi itu bukan menu utama. Itu partai tambahan. Karena bagiku pelukis dan penjual lukisan itu beda.

Seniman juga manusia yang butuh makan, yo seneng lek lukisane payu. Tapi bukan berarti lukisan dijual layaknya barang di toko kelontong. Seniman harus punya marwah. Masio kere tapi tetep gagah.

Seniman sejati itu malu kalau memposting lukisan yang laku di medsos. Apalagi diksinya salah, "lukisan marmut mumet, sold out!". Padahal yang laku nggak semua. Kalau semua laku, ludes terjual itu baru sold out. Kalau cuman satu atau dua yang laku ya sold saja, tanpa out.

Tapi itu menurutku, orang lain pasti beda cara berpikirnya. Semua tergantung dari niat dan tujuan. Juga begron si pelukis, pemahamannya soal karya seni. Nggak masalah mau idealis atau tidak. Yang penting berkarya, sukur-sukur kalau ikut pameran. Sing penting gak pamer awak. Bodi model piano dipamerno.

Aku sendiri sangat jarang pameran, tapi seneng kalau lihat teman ikut pameran. Mungkin aku lebih cocok jadi komentator daripada kontributor. Karyaku nggak bakalan lulus seleksi, berhenti di kurator. Karena memang cocoknya hanya dipamerkan di medsos.

Ngomong soal pameran, ini ada satu event pameran seni lukis yang oke punya. Event ArtOs Nusantara. Ini menyambung tulisanku yang kemarin. Event yang masih tetap dikomandani oleh teman kuliah di IKIP dulu Imam Maskun.

ArtOs Nusantara memang jos gandos. Aku belum pernah lihat pameran lukisan seniat dan seserius ini di Indonesia. Semangat berkeseniannya spartan. Asli luar biasa. Gaungnya menggema ke seantero negeri.---mungkin sampek nang negoro Ngastinopuro. Embuh ndik endi iku---.

Kurang niat bagaimana, publikasinya (baliho) terpampang luas di kota-kota besar di Indonesia. Ada jinglenya juga, yang melibatkan Farel Prayoga dan maestro gandrung Temu. Yang diaransemen oleh Sodolanang dan dengan animasi digital Pudakwangi.

Sumber: dokumen ArtOs
Sumber: dokumen ArtOs

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun