Sudah lama aku nggak ke Bali. Bali memang punya pesona yang luar biasa. Nggak salah kalau jadi destinasi wisata favorit turis asing. Apalagi orang Bali itu super baik, toleransinya juga luar biasa. Dan itu celah yang dimanfaatkan oleh bule-bule yang nggak ada akhlak.
Yang piknik di sana kebanyakan bule Australia. Lha wong jaraknya dekat. Bali sudah kayak rumah kedua bagi mereka. Ben bengi kerjaane mobak mabuk, kenta kentu ae. Angel aturane. Tapi itu urusan pribadi mereka sih. Asal nggak ngisruh, monggo-monggo saja.
Kalau kita orang lurus, sutris-sutris bule di Bali sudah melampaui batas moralitas bangsa kita. Nggak sesuai dengan butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ..halaahh opo ae, kelincipen lambemu. Tapi begitulah adanya.
Di jalanan sudah biasa cewek bule (ada juga cewek Jepang) yang bersepeda motor atau ontel dengan kostum minimalis. Kemana-mana hanya pakai beha dan celana pendek. Subhanalloh, kok mulus yo ndes.
Dulu lebih gawat, cewek bule masih boleh berjemur dengan telanjang dada di pantai. Gondal gandul jaya. Sekarang mungkin hanya di pantai-pantai yang nggak populer dan tersembunyi.
Bukannya sok alim, tapi ini Endonesa men. Nggak sopan cewek berkostum semi bugil di jalanan umum. Nggak SNI. Standar kesopanan kita beda. Dan iku abot gawe sing rodok ngacengan. Iso ngerusak karier. Angel lek mungsu ngono iku.
Oke, jaman dulu banget di Bali memang perempuannya pakai pakaian yang atasnya terbuka. Susune diler. Â Tapi seiring berjalannya waktu, kesepakatan norma budaya berubah. Sekarang kain mudah didapat dan relatif murah.
Tapi aku percaya orang Bali itu kuat memegang adat budaya. Tidak mudah terpengaruh oleh budaya Barat yang dibawa oleh para sutris bule. Yang kacau itu pendatang, orang lokal yang terseret ikut-ikutan berbule ria, dan malah lebih norak. Bule gagal.
Kehidupan di kota yang jadi destinasi wisata di Bali memang sudah kayak Barat. Sejauh mata memandang  isine bule. Kalau beruntung, bisa ketemu seleb Hollywood. Bayangkan ketemu Dave Grohl nyeruput Topi Miring di warung burjo. Nyanyi lagu Learn to Fly pakai gitar Kapok.
Mick jagger itu sering ke Bali, tapi nggak ada yang tahu. Privasinya benar-benar dijaga oleh pemilik homestay mewah di sekitaran pantai Sanur. Tempat yang sama yang juga sering disinggahi Soeharto saat liburan di Bali. Iki rahasia sakjane. Ojok ngomong sopo-sopo.
Aku bisa tahu karena dulu saat kuliah punya teman yang bapaknya diserahi ngurus homestay tersebut. Dan aku pernah diajak ke sana dan nginap beberapa hari. Saat itu aku jadi semacam kere munggah bale. I'm so lucky bastard!
Tapi pernah juga aku dulu ke Bali cuman bawa uang 7000 rupiah. Ceritanya jadi backpacker kere. Berangkatnya nunut kereta api minyak tangki. Gratis. Selama 2 minggu luntang lantung di pantai Kuta. Tidurnya di pos jaga. Gelandangan total. Saat mau pulang, ngamen dulu. Untung uangnya cukup untuk ongkos naik ferry dari Gilimanuk ke Ketapang. Nek gak cukup, paling nglangi aku.
Itu kisah masa lalu. Rokenrol. Arek lanang enome gak nakal, nggak punya cerita. Ojok ditiru. Bla bla bla.
Btw, saat ini turis-turis bule di Bali memang perlu ditertibkan. Kalau sudah setor uang dollar bukan berarti terus boleh menginjak-nginjak harga diri bangsa kita. Tidak perduli dengan aturan yang berlaku. Dipikirnya mereka bisa membeli kebebasan di Bali dengan beberapa lembar uang dollar.
Silahkan saja hidup ala koboi. Siang main di pantai, malam mabuk sampai pagi. Kemana-mana hanya pakai kolor (kok gak masuk angin). Matek o dewe kono. Tapi aturan tetaplah aturan. Hormati tuan rumah. Â
Naik motor di jalan raya tanpa helm, saat akan ditilang polisi malah ngamuk, "You want to antagonize me? Antagonize me, motherfucker. Get in the ring, motherfucker and I'll kick your bitchy little ass, punk!" (lagu Get In The Ring, Â Guns 'N' Roses). Bule kere. Kenapa nggak 'damai' saja sih, eh.
Apa mereka nggak kenal peribahasa : dimana langit dipijak, di situ langit dijunjung. Bangsa Nusantara itu walaupun nggak sekolah tapi dasar filosofinya sudah oke. Tahu sopan santun. Sedangkan bule-bule sana harus sekolah dulu untuk tahu falsafah hidup.
Sutris-sutris bule di Bali nggak sopannya sudah kelewatan, walau nggak semua. Sekali-kali perlu disepak ndase.
Wis ah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H