Menganalogikan Jokowi dengan Firaun jelas salah, karena aku percaya Jokowi seorang muslim yang baik. Tapi kalau yang main analogi itu Cak Nun, ya kita bisa apa. Kedalaman ilmunya soal kehidupan sudah mumpuni, rodok angel tuturane. Beliau sangat tahu persis maksud ucapannya.Â
Kulihat banyak artis medsos yang menghujat Cak Nun. Jarno ae. Lha wong Cak Nun itu sesepuh yang sering disowani, dimintai pertimbangan oleh para petinggi negeri. Cak Nun iku ibarate mbahe wong endonesa. Lha raimu iku sopo?Â
Jangan cuman di medsos atau ngrasani di podcast. Alaa ta*k. Kalau berani undang Cak Nun atau datangi rumahnya, bawah preman atau polisi sekompi. Aku jamin sampai sana langsung salam-salaman, minta doa, dan foto-foto.Â
Aku yo kepingin sekali-sekali melihat Cak Nun di penjara, karena bakalan jadi peristiwa yang sangat langka. Manusia level pawang seperti Cak Nun ini susah untuk ditangkap, bukan karena dia sakti (iso ngilang), tapi karena dia tidak melakukan hal yang harusnya ditangkap. Apa yang dia diucapkan dan lakukan semata karena cintanya pada Indonesia.Â
Kalau ucapan dan kelakuan sudah terkonsep dengan sangat matang sejak dalam pikiran, susah untuk dipatahkan. Aku sangat yakin, kalau sama Cak Nun penyidik bakalan takzim. Gak sido interogasi, malah crito soal hadits-hadits.Â
Soeharto saja yang terkenal "kejam" pada pengkritiknya malah berbalik menjadikan Cak Nun guru spiritualnya. Cak Nun di jaman Orba adalah salah satu pengkritik penguasa yang paling vokal. Acara pengajian atau yang menghadirkan Cak Nun sering diawasi atau dibubarkan aparat.Â
Jangan dikira kalau Cak Nun dekat dengan Soeharto terus jadi kroninya Soeharto. No way. Justru Cak Nun lah yang membujuk Soeharto untuk lengser. Kalau Cak Nun kroninya, dia akan meminta Soeharto melanggengkan kekuasaannya.Â
Melihat rakyat menderita jadi korban kerusuhan, Soeharto akhirnya manut omongan Cak Nun dan mau turun. Bukan karena takut mahasiswa, Soeharto punya pasukan yang siap menerima perintah. Kalau cuma ngatasi mahasiswa aja kecil. Ucapan pengunduran dirinya memakai bahasa khas Cak Nun, "Gak dadi presiden, gak patheken.."Â
Cak Nun itu tidak ada urusan dengan mihak-memihak. Nggak ikut partai, nggak ada hubungan dengan kekuasaan. Itu yang membuat Soeharto percaya pada Cak Nun. Kritikan Cak Nun murni untuk kebaikan negeri, bukan untuk golongan tertentu atau kelompok politisi.Â
Kerjaannya saat ini menggelar majelis ilmu (maiyahan), mengajak rakyat shalawatan dimana-mana, nggak ada urusan dengan profit atau mengkapitalisasi umat. Semata karena perduli dengan nasib bangsa ini, biar tidak gampang dibodohi politisi yang haus kekuasaan.Â
Bagi para gerombolan kadrun yang senang dan memihak Cak Nun karena menganalogikan Jokowi dengan Firaun, jangan ge er. Kalian bakalan kecele, Cak Nun sama sekali bukan kadrun dan tidak dipihakmu. Tapi Cak Nun merangkul semuanya. Nggak ada istilah kadrun, cebong, kampret, wedus, dan seterusnya.Â
Cak Nun memang 'liar' kalau menganalogikan tokoh politik. Untuk kasus di Indonesia, dia sama sekali nggak percaya dengan politik dan politisi. Jadi aku nggak kaget kalau pernyataannya seputar politik dan kekuasaan sering nyelekit dan jadi polemik.Â
Pernah saat diundang jadi semacam dosen di kuliah budaya yang dihadiri para kader dan politisi, dia bilang, "Jangan sampai politik dan politisi Indonesia masuk dalam hati dan pikiran saya, karena syarat dan rukunnya tidak terpenuhi..."Â
Bagi para politisi yang hadir iku lak njanc*k i banget se.Â
Bagaimanapun juga kontribusi Cak Nun pada negeri ini jauh lebih besar dibanding kesalahannya menganalogikan Jokowi dengan Firaun.Â
Jadi, monggo-monggo saja diingatkan kalau itu salah (dan memang salah), namanya manusia kadang lupa dan kebablasan. Cak Nun lebih tahu apa yang harus dilakukan. Sing jelas ojok dituturi. Cak Nun kok dituturi, who the f*ck are you? Ilmumu soal kehidupan masih level paud kok nuturi.Â
Well, Cak Nun memang kadang "kacau", Tapi dia masih tetap salah satu inspiratorku. Tidak, aku tidak mengkultuskannya. Kesalahan Cak Nun menganalogikan Jokowi adalah salah satu petunjuk bahwa Cak Nun tidak layak untuk dikultuskan. Dia cuman manusia yang bisa salah.Â
That's all.Â
-Robbi Gandamana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H