Nonton tim kesebelasan Indonesia bertanding di event internasional itu memang harus dengan hati yang selesai. Kalau enggak, inginnya misuh terus. Lha ya'opo, permainan tim kita memang payah. Sudah kayak tim kesebelasan putus asa. Gak mbois blas.
Hari gini kok bisa-bisanya dibantai Vietnam, 3-0. Sebagai negara yang sudah jauh duluan merdeka dari Vietnam, harusnya persepakbolaan kita jauh lebih maju. Tapi kenapa masih jalan di tempat. Bahkan malah nyungsep. Main sepak bola kayak main futsal. Mirip sih.
Apa iya karena atlet kita itu pada suka ngartis kalau mulai terkenal. Jika iya, nggak heran kalau puncak karir mereka jadi bintang iklan So Nice.
Asli menyebalkan kalau nonton tim sepak bola kita bertanding melawan tim negara lain. Harus lebih siap kalah daripada menang. Kalau enggak, bisa semaput. Pokoknya jangan berekspetasi macam-macam  kalau nggak ingin hari-harimu suram.
Aku sendiri nyesel nonton bola kemarin. Waste my time. Aku juga bukan penggemar bola. Aku nggak tahu ujung pangkalnya bola, juga kiri kanannya. Bakalan gila kalau aku memikirkan itu.
Jadi jika aku nonton bola, itu karena Arema yang bertanding, atau kebetulan pas di depan teve hanya itu yang bisa aku tonton (acaranya sinetron semua). Nonton pertandingan sepakbola Indonesia di event internasional berpotensi sakit jiwa.
Seandainya Tuhan itu penggemar sepak bola, bisa jadi Dia putus asa melihat tim kesebelasan kita. Nggak maju-maju. Dia bakalan mengutus malaikat Jibril jadi pelatihnya. Kerja sama dengan Yesus.
Sudah berkali-kali ganti pelatih dari luar negeri, tetep saja zonk. Padahal kwalitas pelatih dalam negeri nggak kalah dengan pelatih luar. Nek cuman ngelatih bal ae, lulusan IKIP akeh sing iso. Luki, Wahyu, mbuh sopo maneh, lali aku. Kalau aku, akan kupulangkan pelatihnya ke negeri asalnya. Kayaknya dia lebih cocok jadi manajer BTS.
Menpora mungkin mumet memikirkan bagaimana caranya tim kesebelasan kita berjaya di event Sea Games atau sejenisnya di masa mendatang. Apa harus menghimbau pada para suporter untuk membaca Surat Yasin atau Istighosah massal sebelum pertandingan berlangsung.
Petinggi urusan sepak bola sudah kehabisan ide membangkitkan semangat para pemain bola. Film tentang sepak bola sudah dibuatkan. Tidak lupa juga dibikin lagu penyemangat. Tapi  tetep saja mainnya mlempem. Kayak tempe mendoan tiga hari nggak kemakan.