"Beneran, aku pernah nemani Ririn. Tapi takut, kalau tengah malam berubah jadi pocong. Dia tidur pakai piyama, tapi lama-lama berubah jadi kain kafan lusuh ada bekas tanahnya. Aku langsung nangis ketakutan dan nggak berani nemani lagi.." Cerita si cewek panjang lebar.
Setelah ngasih info jahanam itu, si cewek menutup telponnya. Aria sendiri pingin misuh-misuh. Cewek kurang ajar, tega-teganya ngasih info yang bikin jantung mau rontok. Tapi Aria agak lega, dia tidak tidur sekamar dengan Ririn.
Tengah malam saat asyik-asyiknya nyimak acara tivi, ada suara langkah di ujung tangga kamar atas. Tangga tersebut terletak di belakang sebelah kanan. Betapa terkejutnya ketika dia menoleh ke belakang, sesosok pocong sedang memandang Aria sambil bilang, " Aria, sini tidur di kamar Ririn saja.."
Pocong bajingan, Aria langsung teriak-teriak minta tolong dengan mata seperti dikunci, menatap terus tanpa berkedip ke arah pocong. Apesnya, bapak ibunya Ririn nggak datang juga. Jangan-jangan dia dijadikan umpan untuk tumbal jin penguasa tambang kampret sialan.
Akhirnya setelah capek teriak, bapaknya Ririn datang. Ketika tahu apa yang terjadi. Dia tergopoh-gopoh langsung memapah tubuh pocong Ririn kembali ke kamar.
Dengan meminta maaf, bapaknya Ririn cerita panjang lebar kenapa Ririn tiap tengah malam berubah jadi pocong. Intinya jin penguasa tambang nggak rela mantelnya dibakar. Dia minta mantel pengganti yang sama persis dengan mantel sebelumnya bla bla bla sudah kuceritakan di awal.
Makanya Ririn belum sembuh betul. Tiap tengah malam arwahnya melayang entah kemana, tapi raganya tetap bersama dia. Itu akan terjadi terus selama 99 hari. Setelah itu mungkin Ririn akan mati, kecuali mantel penggantinya sudah ada. Ririn sendiri tidak sadar dengan keadaan itu. Karena setelah subuh, tubuhnya kembali seperti semula. Yang dirasakan saat tidur hanya mimpi buruk yang mengerikan. Makanya dia ingin selalu ditemani.
Saat bapaknya cerita panjang lebar, pocong Ririn datang lagi. Tetap dengan permintaan yang sama, "Aria sini temani Ririn.."
Bapaknya Ririn bilang ke Aria, "Sudah temani aja, kasihan. Nggak bakalan ada apa-apa. Besok pagi nggak jadi pocong lagi.."
Ndasmu pak. Enak saja bapak bilang begitu, bapak kasihan sama Ririn, tapi nggak kasihan sama saya, kira-kira begitu batin Aria.
Akhirnya dengan berat hati, Aria pun menemani Ririn. Tapi nggak sampai masuk ke dalam kamar, dia hanya di bibir kamar dekat pintu. Kalau ada apa-apa bisa lari kencang tanpa penghalang.