Mereka pun memutuskan ngambil mantelnya besok pagi. Sebelum tidur dia minta Aria berdoa dan berjaga sampai jam 2 pagi. Tak lama bilang begitu dia pun ngorok, tinggal Aria yang celingak-celinguk sendirian ditemani rokok dan segelas bandrek. Sementara dibalik tenda Aria melihat mantel beberapa kali melayang-layang di atas tenda cewek dan setelah itu menghilang.
Ndilalah tak lama kemudian Ririn dan satu teman ceweknya minta diantar Aria ke sungai karena kebelet kencing. Di tengah perjalanan mereka dipanggil satu cewek yang masih di tenda. "Rin tunggu!" Mereka pun berhenti. Tapi karena lama yang ditunggu nggak nongol dan di dalam perut juga terus berontak mau keluar, akhirnya mereka pun bergegas OTW ke sungai.Â
Padahal cewek yang manggil Ririn tadi sedang tidur pulas di tenda, dan baru bangun saat Ririn datang kembali ke tenda. Ketika Ririn tanya, apakah dia tadi manggil Ririn. Si cewek bengong, "Siapa yang manggil kamu. Lha wong aku baru saja bangun tidur..."
Di sungai, Ririn dan temannya pun melangsungkan hajatnya. Aria sendiri menunggu tak jauh dari situ dengan detak jantung ngebut total.
Setelah urusan hajat selesai, Ririn melihat benda putih di tengah sungai di atas batu besar. Setelah diamati sejenak, ternyata benda itu adalah mantel dia yang hilang. "Siapa sih yang naruh di situ? Â Becandanya kelewatan.."
Mulanya Ririn mau mengambil sendiri mantel itu, tapi Aria mencegahnya ---biasalah naluri lelaki, inginnya melindungi perempuan---. Akhirnya dengan sok berani (padahal takut setengah mati) Aria mengambil mantel tersebut yang sebelumnya dia lihat dengan jelas melayang-layang di atas tenda.
Di malam ketiga mereka ngumpul lagi, bersenang-senang seperti malam sebelumnya. Karena terlalu asyik, nggak terasa malam sudah sangat larut. Saat itu jam 2 pagi, Ririn merasa kedinginan. Dia pun kembali ke tenda mengambil mantel.
Beberapa saat setelah masuk tenda, terdengar jeritan Ririn minta tolong. Tapi nggak ada seorang pun yang tergerak. Teman-temannya menganggap Ririn sedang caper atau mau ngeprank. Jadi mereka terus saja melanjutkan acara hepi-hepi Helloween.
Tapi ketika jeritan semakin keras, merekapun menyerbu ke tenda Ririn dan ngecek apa yang terjadi. Ternyata di tenda Ririn sedang berusaha keras melepaskan mantelnya sambil teriak kepanasan. Mantelnya seperti perangkap yang merangkap tubuh Ririn dan terus berusaha membawa Ririn pergi keluar tenda.
Semua orang berusaha keras menolong. Tapi sia-sia, karena mantel seperti dialiri listrik bertegangan tinggi. Ketika tangan mulai megang mantel, badan langsung terpental ke belakang. Tenda pun jadi rusak berantakan. Lama-lama tubuh Ririn berhasil keluar dari tenda. Semua orang mengejar dan berusaha menolong, tapi tetap saja nggak berhasil.
Tubuh Ririn yang terus bergerak, seperti ada yang menyeretnya, akhirnya tertahan di bawah pohon besar. Saat akan ditangkap, tubuh Ririn malah melayang ke atas pohon. Dan saat itulah perlahan-lahan tubuh Ririn berubah jadi pocong yang berbau busuk.