Aku pasti pernah salah pada anda-anda semua. Nggak mungkin kalau nggak pernah. Lha wong tulisanku nylekit, omonganku pating pecotot. Ceplas-ceplos gak karu-karuan.
Jadi aku merasa sangat perlu dan harus yang memulai minta maaf.
Aku tahu memaafkan itu nggak mudah. Padahal memaafkan itu jauh lebih nikmat dari minta maaf.
Sama dengan memberi, itu jauh lebih melegakan jiwa daripada diberi.
Tapi kadang manusia punya gengsi yang berlebih. Terutama jenis manusia pendendam. Ini agak susah memaafkan. Mereka lebih mengingat kesalahan orang daripada kebaikannya.
Sekali bikin kesalahan fatal, seribu kebaikan temannya di masa lalu langsung hangus tidak tersisa. Bahkan nggak ada ampasnya.
Mereka sulit memaafkan. Kelihatannya sudah salaman dan minta maaf, tapi hanya sampai tenggorokan. Nggak nyampai hati. Cuman formalitas.
Susah berteman dengan species seperti itu. Apa pun dimasalahkan. Dan dia selalu merasa jadi pihak yang paling benar. Gak onok salahe. Maha benar segala titahnya.
Maka jangan mau repot meladeni species ini. Argumennya diiyakan saja. Daripada waktu dan tenagamu tersita. Bikin bad mood. Sudah bad face, bad mood lagi. Perfect.
Lagian buat apa memperdebatkan kebenaran. Kebenaran itu relatif. Nggak ada yang betul-betul benar. Semua tergantung pada cara pandang, sudut pandang, jarak pandang, dan pandangan pertama..eh nggak ding.
Ada masa di mana hati seseorang sudah selesai. Sudah gampang minta maaf, mudah memaafkan, sibuk mengingat-ingat kesalahan sendiri dan lebih banyak mencari kebaikan orang lain.
Ketika tahu salah, langsung minta maaf, nggak banyak omong. Dah terserah, kamu yang benar, aku yang salah. Kok repot.
Jangan salah paham. Bukan seperti jargon "sing waras ngalah". Kalau yang waras ngalah, wong gendeng menguasai dunia.
Ini soal rendah hati, bukan rendah diri. Dua hal yang sangat jauh berbeda. Yang satu membutuhkan keluasan hati, yang satunya malah menyempitkan hati.
So, apakah kamu termasuk golongan orang yang hatinya sudah selesai?
Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1441 H . Mohon maaf lahir dan bathin, baik kesalahan yang kusengaja maupun yang kurencanakan dengan rapi.
- Robbi Gandamana -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H