Banyak orang hebat di negeri ini. Kita nggak kekurangan pakar dan ilmuwan. Sayangnya mereka lebih memilih menetap di luar negeri. Karena lab dan dana risetnya di sana sangat oke. Soal itu sudah ada yang menanggung.Â
Ada paguyubannya, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Sudah ratusan penemuan yang dipatenkan oleh mereka.
Baguslah kalau sudah mempatenkan penemuan yang bermanfaat. Cuman sayangnya di negerinya sendiri penemuan itu kurang ada gaungnya. Banjir masih saja melanda kota-kota, padahal kita punya pakar tata kota yang andal diakui dunia, tapi memilih hidup di luar negeri. Sori, tidak aku sebutkan namanya. Bukan takut disomasi, tapi lupa namanya.
Banyak dari pakar itu yang jadi dosen di kampus top Amrik. Wong endonesah ngajari bule memang membanggakan, tapi lebih membanggakan lagi kalau berjuang membasmi kebodohan bangsa sendiri. Ikut membantu negara bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Aku salut pada Hasanain Juaini, bukan ilmuwan sih, tapi seorang Tuan Guru (Kyai) di Lombok. Dia dulu adalah guru di Malaysia. Ketika mengurus sesuatu di kantor imigrasi Malaysia, dia melihat banyak kerumunan pekerja kasar Indonesia yang bermasalah. Dia pun memutuskan pulang ke Indonesia.
Hasanain berpikir, buat apa mencerdaskan bangsa lain kalau di negerinya sendiri banyak orang bodoh. Dia pun mendirikan pondok pesantren di lombok yang dananya di dapat dari swadaya pribadi dan bantuan dari teman-temannya di luar negeri.
Kapan-kapan Hasanain Juaini perlu diangkat jadi Menteri Pendidikan. Ketoke bakalan asyik.
Dunia pendidikan di negeri ini terkesan bingung. Gonta-ganti kurikulum berulang kali. Pendidikan berbasis budaya, berbasis karakter, berbasis kompetensi, dan banyak lagi. Mbok sekali-sekali dicoba pendidikan berbasis manfaat. Karena apa pun keberhasilan akademik, tidak bisa disebut berhasil kalau tidak bermanfaat bagi orang lain.
Maka cobalah untuk bermanfaat. Dengan cara yang kamu bisa. Nggak masalah kalau cuman lewat medsos. Medsos iku saiki sak taprok, akeh pol. Postingannya bisa tulisan, cuitan, gambar, video, dan rekaman suara.
Sing penting nggak menyebarkan kebaikan dengan video colongan. Wis colongan, judule kisruh : "Cak Nun Memarahi Habib Rizieq". Koyok Habib Rizieq iku ponakane Cak Nun ae.
Nek iso Instagram ojok di-private. Dengan Instagram kamu punya kesempatan menggembirakan dan menginspirasi orang. Yang ambigu itu yang sering posting ayat-ayat tapi di-private. Niatnya syiar agama tapi kok hanya pada temannya sendiri. Gak popo di-private nek postingane cuman narsis. Kamera jahat rules!