Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini Penangkal Corona yang Dahsyat

16 Maret 2020   11:32 Diperbarui: 18 Maret 2020   08:19 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Solo berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa) virus Corona setelah ada satu pasien Corona meninggal.  Akibatnya  banyak kegiatan pul kumpul ditiadakan sampai KLB dicabut.

Sekolah pun libur dua minggu. Wasyik, untuk sementara tidak mengantarkan anak ke sekolah. Bebas dari kehidupan pagi di jalan raya yang ambyar jaya.

Aku pribadi nggak masalah ditetapkan KLB atau tidak. Karena tiap hari sudah dicekoki berita soal Corona baik di media sosial maupun situs berita terpercaya. Lengkap dari soal pemahaman virusnya, penanganan, pencegahan, sampai data terbaru pasiennya. Sampek neg aku.

Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk panik. Tapi jenenge menungso yo tetep ae panik. Ya'opo se rek. Iku sing salah opone.

Bisa jadi karena media mainstream yang berlebihan memberitakan Corona.  Selama ini berita-berita soal Corona yang beredar di dumay memang lebay.

Ada berita dengan judul "Pasien Suspect Corona meninggal dunia", ternyata pasien suspect itu orang tua yang memang sudah sakit komplikasi hipertensi, jantung, paru-paru dan lainnya. Ya wajar kalau demam, batuk, dan nafasnya senin kemis.

Kasus suspect corona yang meninggal ternyata memang sudah punya penyakit gawat sejak awal. Jadi tanpa kena Corona pun, sudah saatnya mati. 

Yang meninggal di Solo kemarin itu punya riwayat diabetes (ini yang disembuyikan media). Masuk rumah sakit awalnya karena kecapekan 4 hari seminar di Bogor. Iku seminar opo kemping yo.

Yang masih belum jelas sekarang itu para anggota seminar yang lain. Nasibnya gimana. Seminar biasanya diikuti banyak peserta. Apalagi kalau seminar itu tentang bagaimana caranya cepat kaya. Atau soal poligami. Bakal diserbu ngacenger.

Berita media memang terkesan heboh. Padahal yo biasa ae. Media memang kadang bajingan. Demi rating tinggi, rakyat panik nggak perduli.

Kasus Corona di Indonesia nggak seheboh yang kalian baca di media berita. Media itu cuman jualan. Kalau judulnya bombastis, itu karena untuk menarik banyak pembaca. Jadi jangan jadi korban media. 

Yang reseh banget itu WHO, Amrik dan sekutunya. Minta pemerintah RI agar lebih serius menangani Corona. Begitu tidak percayanya pada bangsa ini. Hai bule bulak, jangan samakan ketahanan bangsa kami dengan kalian. Kaum mangkak memang kadang menyebalkan.

Bule itu gen lemah, wabah flu saja banyak yang mati. Kalau kita kena flu, cukup makan sambel sing pedes, penyakite stres dan minggat. Itu salah satu contoh sugesti.

Kalau kamu muslim, harusnya yakin dengan kekuatan wudhu (the power of wudhu). Air yang didoakan bisa lebih dahsyat dari hand sanitizer merk paling top markotop. Cukup dengan 'Bismillah', semuanya akan baik-baik saja. Sori buat penganut agama lain, tapi begitulah apa yang kami yakini.

Orang modern itu banyak nggak benar-benar yakin dengan kekuatan sugesti atau doa. Segala sesuatunya harus ilmiah. Padahal yang nggak ilmiah itu yang kadang bisa menyelamatkan manusia. Tergantung kamu mengimani atau tidak. Kalau tidak yo matio kono.

Nggak heran kalau Menkes Terawan dulu dianggap naif saat ngasih alasan kenapa Indonesia belum ada kasus Corona. Dia bilang manusia Indonesia itu kebal Corona karena kekuatan doa. Dan itu yang membuat Jokowi "malu", dia pun mengangkat Achmad Yurianto jadi juru bicara Corona.

Dan yang terakhir Jokowi juga dicemooh Media Internasional karena menganjurkan rakyatnya minum jamu. Nggak masalah biarkan saja mereka reseh. Kita punya keyakinan, ketahanan dan cara yang beda dengan mereka. Kita bangsa garuda, mereka bangsa anjing. Anjing menggonggong, garuda tetap berlalu.

Sori, jangan pernah tertawakan bangsa kami men.

Hand sanitizer, masker, jahe merah, empon-empon, suket alang-alang dan segala macam itu cuman benda, alat untuk ikhtiar. Kamu terjangkit Corona atau tidak itu 100% tergantung dengan sang pembuat virus Corona--> Tuhan. Makane ojok panik Ndes. Redakan kepanikanmu dengan sugesti dan doa. Bisa saja itu jadi penangkal yang jitu. 

Tenang ae talah, sampai saat ini Corona umumnya lebih menyerang kaum menengah ke atas. Corona minder pada kaum kere. Koen iku wis kere, panik ae. Antisipasi oke, panik jangan.

-Robbi Gandamana-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun