Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Selamat Jalan Neil Peart, Sang Virtuoso "Bedug Inggris"

13 Januari 2020   15:58 Diperbarui: 14 Januari 2020   07:13 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan petinggi label mereka mantuk-mantuk mengiyakan, tapi di dalam hati mereka menolak keras, "No way, kami nggak akan seperti itu." Dan mereka siap menerima konsekuensi jika albumnya nggak laku dan didepak dari label. Mereka sudah memikirkan hal yang terburuk, pulang kampung jadi petani, kerja di bengkel, atau usaha rongsokan besi tua,

Mereka tetap nekat membuat album yang lebih njelimet lagi. Dan yang ditakutkan pihak label (Mercury record) tidak terbukti sama sekali. Albumnya sukses besar! (album "2112"). Dan Pihak label pun tak punya pilihan. Selanjutnya Rush pun diberi kepercayaan penuh menentukan segala sesuatunya.

Soal band Rush ini dulu sudah aku pernah tulis di Kompasiana --> "Rush : Band Rock Dahsyat Yang Jarang Dikupas".

****
Neil Peart lahir di Hamilton, Ontario, Kanada, 12 September 1952. Yang sejak kecil memang suka gedabukan untuk melampiaskan emosinya. Dia anak keluarga petani yang punya toko alat-alat pertanian di kota itu.

Gebukan drumnya banyak dipengaruhi oleh Ginger Baker, Carmine Appice dan Jhon Bonham. Awalnya terinspirasi oleh Keith Moon  drumernya The Who yang tewas overdosis itu.

Neil nggak cuman main drum seharian, dia adalah seorang kutu buku. Nggak heran kalau otaknya lebih encer dibandingkan dua personil Rush lain : Geddy Lee (bass) dan Alex Lifeson (guitar). Sehingga pas kalau dia didapuk jadi penulis lirik.

Dia sendiri telah menulis 4 buku, termasuk buku berjudul "Ghost Rider". Sebuah buku yang menceritakan kisah kepedihannya setelah ditinggal mati putri dan disusul istrinya dalam rentang waktu yang nggak lama. Sukses karier musiknya tidak sebading lurus dengan nasib kehidupannya di luar musik.

Neil Peart adalah seorang introvert yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dan karena introvert itulah, sikap Neil Peart dalam menghadapi fans agak berbeda dengan Geddy Lee dan Alex Lifeson. Neil selalu menolak menemui fans dalam acara "meet dan greet".

Neil nggak bisa menghadapi fans, orangnya pemalu. Nggak bisa nyantai berada di antara orang-orang asing. Nggak nyaman dikerubungi fans yang minta tanda tangan atau foto bareng. Neil berdalilh, "Aku suka dihargai, dihormati. Itu bagus. Selain hal itu, cuman membuatku ngeri. Pemujaan yang berlebihan itu keliru."

Itulah Neil Peart, musisi yang sangat serius dengan instrumennya. Pernah sekali berhenti bermain saat putrinya tewas kecelakaan dan dilanjutkan dengan istrinya yang meninggal karena sakit setahun kemudian. Saat itu dia cuman naik motor gede tanpa tujuan. Pergi sejauh mungkin mencari ketentraman. Kalau di sini ada istilah PP yang maksudnya Pulang Pergi, PP yang terjadi pada kasus Neil adalah Pergi Pergi.

Terserah opini kalian, Neil Peart adalah virtuoso "bedug Inggris" alias drum. Pada umumnya instrumen adalah perpanjangan tangan seorang musisi. Tapi pada kasus Neil berlaku sebaliknya, Neil Peart lah perpanjangan tangan instrumennya. Drumer lain butuh metronom untuk menjaga tempo. Sedangkan Neil Peart adalah metronom itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun