Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komar adalah Kita

28 Juni 2019   14:53 Diperbarui: 28 Juni 2019   15:31 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Rasanya nggak percaya, fals gitu loh, kalau Komar (yang benar Qomar) melakukan penipuan (semoga enggak). Lha ya'opo, wajahnya innocent banget dan dia sempat jadi Ustadz. Kok iso-isone malsu ijazah. Oala Mar Mar serius ta koen iku.

Sori, aku ngarikatur Komar bukan untuk mempermalukan dia. Bahagia di atas kemalangan orang lain. Seperti lalat yang berpesta pora di atas borok orang. Bukan seperti itu. Tapi kasus Komar bisa jadi pelajaran buat kita, atau semacam self reminder, bahwa jangan pertaruhkan martabatmu demi jabatan semu. Sengsara kau nak.

Makanya orang Jawa lebih mendahulukan sandang daripada pangan dan papan. Kalau memang terpaksa lapar, oke nggak papa asal masih berpakaian (bermartabat). Orang sekarang banyak yang memlih kenyang tapi rela dijadikan "budak". Weteng wareg tapi bendino dijundu-jundu terus.

Komar adalah kita. Nggak usah sok suci. Semua orang bisa seperti Komar. Di suatu masa kita pernah seperti dia. Bisa jadi kalau kita lengah, berada di titik terendah, entah karena terlilit hutang atau apa, kita bisa lebih parah dari Komar.

Soal malsu memalsu itu adalah salah satu keahlihan bangsa Endonesyah. Entah itu memalsu tanda tangan, malsu gaji (untuk ngredit rumah), malsu surat keterangan dokter (nggak masuk kerja), dan malsu-malsu yang lain. Minimal pernah malsu wajah untuk foto profil fesbuk. Celengan Bagong dipoles jadi boneka Barbie.

Diam-diam banyak dari kita yang nggak yakin-yakin amat kalau Tuhan itu Maha Pemberi Rezeki. Wedi banget nek gak kumanan. Wedi banget keluwen. Mengejek Tuhan seolah-olah Tuhan nggak tanggung jawab dengan hamba-hambaNya.

Ketika banyak bermunculan tukang tambal ban baru. Banyak tukang tambal yang lain menjadi resah kehilangan konsumen. Akhirnya menebarkan paku di jalan raya. Berharap ada kendaraan yang lewat bannya bocor tertembus paku. Tapi pakunya malah dikoleksi pemulung.

Ada yang nggak sabar ingin cepat kaya, akhirnya mengambil jalan pintas. Ada banyak warung sederhana yang hobi mentung pembeli. Biasanya di daerah wisata. Mangan kerupuk dihargai duapuluhribu. Mungkin kerupuk ikan Arwana.

Ada usaha Abon sapi kelas home industry yang mencampur abonnya dengan buah Kluwih. Daging buah kluwih yang diproses sedemikian rupa warnanya jadi mirip daging sapi. Ada juga usaha saos tomat (label di botol Saos Tomat) tapi sama sekali tidak pakai tomat. Bahannya  dari ketela dan pepaya. Semua bahan diblender, dikasih pewarna, mungkin diludahi sedikit bla bla bla maka jadilah. Subhanalloh.

Ada kemarin yang posting pidio di WA, warung mie ayam yang mencampur mienya dengan daging tikus. Di pidio tersebut terlihat pembeli yang memperlihatkan mangkoknya yang berisi mie dan daging yang diduga keras daging tikus.  Terlihat jelas bagian kepala tikus dengan kedua telinganya masih lengkap, cuman mocongnya sudah dipotong. Ngeri men.

Tentu saja yang saya sebutkan di atas adalah Oknum. Nggak semua pengusaha atau penjual makanan yang mbeling seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun