Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

La Ubali (Khusus buat Jokower yang Membully Cak Nun)

10 Mei 2019   17:22 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:45 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi kalau kamu membenci dan membully  Cak Nun hanya karena beberapa potongan video Cak Nun mengejek Jokowi, kamu akan rugi besar. Trust me. Belum ada kyai (gelar budayawan itu cuman bungkus) yang seikhlas dan setabah beliau. Difitnah cuek, disantet nggak marah malah bagaimana caranya penyantetnya jangan sampai tahu kalau Cak Nun tahu dia yang nyantet.

Pokoknya "La Ubali" (gak ngurus). Nggak perduli apa pun yang menimpaku, asal Tuhan nggak marah.

Aku pernah sangat mengagumi Jokowi (sekarang pun masih salut). Tukang kayu yang menjelma jadi presiden. Aku sempat buat karikaturnya dan sukses dibajak dimana-mana, dijadikan kaos atau souvenir.  Lumayan, karikatur Jokowi tadi banyak mendapat apresiasi(ciee ciee). Membuatku merasa jadi semacam Ksatria Baja Ringan.

Kalau aku sekarang jadi golput, itu bukan karena aku membenci Jokowi atau Prabowo. Tapi karena kecewa, ternyata pembangunan dan semua keindahan yang tampak di negeri ini cuman "screensaver".

Sebelum kenal Cak Nun pun aku sudah golput. Dan setelah kenal Cak Nun jadi semakin mantap golputnya. Pernah sekali datang ke bilik suara, tapi milihnya ngawur. Sopo iku, gak kenal blas.

Aku nggak mau jadi bagian dari "kebusukan" negara ini. Sudah jadi rahasia umum kalau dibalik itu semua,  ada intrik dahsyat para mafia pembangunan yang karena ulahnya tidak sedikit rakyat yang terusir dari tanahnya sendiri, sekarat dan mati karena limbah dan asap cerobong-cerobong PLTU yang angkuh berdiri.

Kalau begitu caranya mending nggak usah mbangun-mbangun. Karena dalam agamaku membunuh satu orang muslim tanpa alasan yang dibenarkan, sama dengan membunuh umat muslim seluruhnya.  Sudah aku tulis kemarin.

Buat apa makmur kalau ada yang menangis akibat kemakmuran itu. Memangnya kalau tidak ada jalan tol, MRT atau gedung-gedung tinggi, negeri ini akan tertinggal dan nggak makmur?

Jangan salah paham, aku tidak anti pembangunan. Juga aku tidak membenci Jokowi. Dia hanya korban. Buat apa aku membenci Jokowi (atau siapa saja). Bahkan iblis pun tidak aku benci. Semuanya punya peran dalam kehidupan. Kebetulan iblis berperan sebagai antagonis. Dia nggak punya pilihan, pilihannya cuman berbuat buruk. Lucu kalau iblis tobat dan jadi mualaf.

Sementara itu saja dulu. Kesel nulise. Kalau ada komen reseh yang mempermasalahkan soal "bos" dan "buruh" nggak aku gubris. Karena soal itu sudah kutulis kemarin. Cari sendiri di wall-ku.

-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun