Kembali ke soal bos dan buruh..
Pernyataan Cak Nun yang tidak mau diundang ke istana pun dihubung-hubungkan dengan foto Cak Nun saat bersama Soeharto di istana.
Ngene rek. Foto Cak Nun dan Soeharto itu ceritanya saat Cak Nun diminta Soeharto untuk jadi guru ngaji pribadinya. Tentu saja Cak Nun nggak bisa menolak kalau menyangkut soal agama. Kalau soal agama tidak ada istilah "buruh" dan "bos", buruh boleh jadi imam shalatnya bos. Ini soal syiar Islam dan itu jelas bukan karena memihak rezim Orba.
Setelah Soeharto lengser Cak Nun malah menjauh dari hiruk pikuk dunia politik dan lebih intens mengadakan shalawatan dimana-mana, ngajari anak-anak muda agar tidak mengulangi kesalahan-kesalahan para orang tua pada negara. Karena negara ini tidak sedang baik-baik saja. Sakit tapi tidak merasa sedang sakit dan tidak tahu obatnya. Pokoke asyik ae lah.
Jadi kedekatan Cak Nun dengan keluarga Cendana nggak ada hubunganya dengan politik atau kekuasaan. Urusane cuman ngajari ngaji. Hasilnya juga lumayan. Soeharto tobat dan sempat naik haji. Yang dulu agamanya Islam Jawa jadi Jawa Islam.
Cak Nun pula yang ikut membujuk Soeharto segera lengser (tapi nggak diakui oleh bangsa ini, malah Amin Rais yang diakui bla bla bla). Soeharto pun lengser dan tidak lari ke luar negeri. Karena Soeharto sudah tobat. Biasanya presiden yang dilengserkan akan lari ke luar negeri menghindari hukuman. Tapi Soeharto tidak, dia ikhlas dihukum. Sayangnya nggak ada yang berani menghukum. Lha wong pancen ReformAsu.
Ya kira-kira begitu..
Kalau ada foto Cak Nun bersama HTI atau pengikut Capres 02 itu wajar. Cak Nun itu sesepuh. Beliau merangkul semuanya. Nggak cuman HTI yang dirangkul, Banser, Ansor, Syiah, Ahmadiyah, anak punk pun dirangkul. Koruptor pun juga dirangkul.
Bukan membenarkan tindakan koruptor, tetapi menemani hatinya, menasehatinya layaknya sesepuh. Penjahat paling kakap pun juga manusia yang masih punya kesempatan untuk tobat.
Omongan Cak Nun memang hanya cocok ditujukan untuk anak Maiyah (pada saat acara Maiyah). Jadi kalau omongan itu keluar di Youtube, Anda harus menyamakan frekuensinya dengan suasana saat Cak Nun ngomong. Kalau tidak, mumet ndasmu.