Film "Dirt" (2019) memang sesuai dengan judulnya. Film ini dirt banget alias kotor alias kopros bin nggilani. Brutal, urakan, sedikit porno plus komedi menghiasi film ini. Ada perasaan aneh saat ihat film ini: menghibur dan miris di waktu yang bersamaan.
Film yang menceritakan perjalanan band Motley Crue, band Glam Rock yang terkenal di era 80an ini memang oke dari segi tontonan. Tapi menurutku saru kalau untuk penonton Indonesia. Nggak sesuai dengan adat ketimuran. Nggak sopan.
Seperti kebanyakan film bertema rock star, Film ini menyoal dekadensi moral yang akut para musisi Glam Rock, khususnya Motley Crue, di seputaran Sunset Strip Los Angeles tahun 80-an. Kota pusat band-band Glam Rock yang ngehits di era itu. Yang merias wajahnya kayak cewek. Pakai bedak, lipstik dan celak. Muka Tessy tapi hati Rocky.
Hari-hari penuh dengan narkoba, seks bebas, dan tentu saja rokenrol. Tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari musisi rock di zaman itu. Bejat total.
Saat wabah AIDS melanda, banyak dari mereka yang ketakutan. Klinik penyakit kelamin laris manis. Banyak yang keluar dari klinik langsung sujud syukur. Karena cuma kena sipilis.
Tapi soal penyakit kelamin tidak masuk dalam cerita film. Nggak etis.
Kisah film diadopsi dari buku "The Dirt: Confessions of the World's Most Notorious Rock Band". Sebuah buku autobiografi band Motley Crue yang ditulis oleh para personil Motley Crue dan Neil Strauss.
Kisah diawali dari Nikki Sixx sang pembetot bass. Nikki Sixx bernama asli Frank Carlton Serafino Feranna, Jr. Sesuai dengan nama Ayah kandungnya yang minggat sejak Nikki masih berumur 2 tahun.
Masa kecil Frank Carlton amburadul banget. Kurang kasih sayang dan kerap mendapat perlakuan kasar dari pacar ibunya. Ibunya adalah single parent yang kurang perduli dengan Frank. Dia lebih suka ber"bussiness of love" dengan para lelaki yang mau jadi pacarnya.
Kesabaran ada batasnya. Karena terus-terusan diperlakukan buruk oleh ibu dan pacarnya, Frank Carlton tumbuh menjadi anak bengal. Puncaknya Frank kalap, dia merobek tangannya pakai belati dan memfitnah bahwa ibunya yang menyerang dia. Ibunya pun dipenjara.
Parah. Sudah bengal durhaka pula. Sepertinya kisah masa kecil Nikki Sixx mirip dengan sinetron "Ratapan Anak Bombay".
Masa muda Frank Carlton dihabiskan di Hollywood. Di sana dia memulai karier sebagai musisi rock. Tentu saja jalan menuju ke sana tidaklah semulus pahanya Luna Maya. Berbagai rintangan dan cobaan menimpa Frank . Saat itu dia bangkrut, kelaparan dan tak ada satu orang pun yang bisa dipercaya.
Frank untuk kesekian kali menelpon ayah kandungnya. Sayangnya sang ayah tidak mengakui Frank sebagai anaknya dan menyuruh tidak menelponnya lagi. Frank sadar bahwa dia hanya mengharapkan hantu, seorang ayah yang tidak pernah hadir untuk dirinya. Frank pun memutuskan dengan niat lillahitaala mengganti namanya secara resmi menjadi Nikki Sixx.
Singkat cerita, setelah jatuh bangun membangun kariernya, ndilalah kersaningalah Nikki Sixx ditemukan sama Tommy Lee (drumer) di sebuah cafe. Tommy yang saat itu masih belia diajak Nikki membentuk band. Melalui proses audisi yang unik mereka sepakat memilih Mick Mars (gitaris) dan Vince Neil (vokalis).
Aku pertama kali kenal Motley Crue lewat lagu "Home Sweet Home" saat masih sekolah pakai celana pendek biru. Lagu rock ballad yang oke. Sama sekali tidak membayangkan kalau personil Motley Crue sebejat yang dikisahkan di filmnya.
Motley Crue adalah band yang personilnya luar biasa bejat (di masa-masa awal). Apalagi kehidupan di Sunset Strip sangat permisif dengan segala kenikmatan dunia. Cewek gampangan dan narkoba sangat mudah didapat. Kokain di jual di warung-warung kampung. Nggak ada peringatan "Tamu menginap 1X24 jam wajib lapor RT".
Kehidupan rock star memang sangat mendukung untuk itu. Itulah bahayanya manusia kalau berada di suatu tempat atau kondisi yang bisa dengan mudah melampiaskan diri. Kadang orang berbuat jahat bukan karena dia jahat, tapi karena kondisi yang mendukung. Maka sering-seringlah berada di suatu tempat atau kondisi yang membuatmu menahan diri.
Hanya Mick Mars yang agak mending. Mungkin karena paling tua dari para personil band. Dia menolak seks bebas dan hidup kacau seperti lainnya. Â "Aku menghormati diriku dan para wanita di spesies kita. Tidak seperti kalian..binatang." kata Mick pada teman-temannya.
Dari sekian banyak adegan kacau dan tak senonoh, ada sedikit adegan sentimentil saat kematian putri Vince Neil meninggal karena mengidap kanker usus. Vince Neil nangis bombay saat menerima kenyataan itu. Rocker juga manusia.
Atau juga saat kecelakaan mobil yang menimpa Vince Neil dan Nicholas "Razzle" Dingley (drumer band Hanoi Rocks). Yang membuat Razzle tewas. Vince pun dipenjara. Didakwa mengendarai mobil dalam keadaan mabuk dan pembunuhan tidak berencana. Apes Ndes.
Intinya film ini berkisah tentang band rock yang "husnul khotimah". Kita semua pernah muda, pernah melakukan hal-hal yang sangat disesali saat kita menginjak usia dewasa. Bukannya kita bangga dengan itu semua, tapi kita bisa mengambil hikmah dan belajar dari kesalahan masa lalu. Mending mantan bajingan daripada mantan biarawan.
"Entah bagaimana kami belum mati atau tidak dipenjara. Kami bersikap buruk ke banyak orang dan melakukan hal yang disesalkan setiap hari. Entah bagaimana, kami masih bertahan, menjalaninya bersama. Itu takdir. Itu keluarga. Dan itu Motley Crue, " kata Nikki Sixx mengakhiri tulisan, eh film ini.
Aku tidak merekomendasikan film "Dirt" untuk anda tonton. Film ini memang mbois, tapi saru. Aku nonton hanya karena untuk mengenang masa remajaku dulu, nostalgia.
Mending nonton film "De Dirigent" (2018). Film ini bercerita seorang cewek yang berambisi menjadi konduktor (dirigen) orkestra. Tentu saja di era 20-an konduktor cewek sangat tidak diterima. Film ini cocok untuk musisi atau penyuka musik, juga buat feminis, atau buat siapa saja. Wong mbambong yang oleh nonton film iki.
Eh, ini review film "Dirt" apa "De Dirigent" ya?
Mumet khan baca tulisanku. Memang sengaja kubuat anti klimaks, biar pembacanya mumet ndase. Zuukk marii.
-Robbi Gandamana-
***
Detail Film :
Sutradara       : Jeff Tremaine
Produksi        : Allen Kovac, Erik Olsen, Julie Yorn, Rick Yorn
Naskah         : Rich Wilkes
Diadopsi dari   :  Buku "The Dirt: Confessions of the World's Most Notorious Rock Band"  oleh Neil Strauss, Tommy Lee, Mick Mars, Vince Neil, Nikki Sixx
Pemain         : Douglas Booth, Colson Baker, Daniel Webber, Iwan Rheon
Musik           : Paul Haslinger
Cinematografi  : Toby Oliver
Editor           : Melissa Kent
Produksi        :  10th Street Entertainment, LBI Entertainment
Distributor      : Netflix
Tanggal Rilis    : 18 Maret 2019 (Hollywood), 22 Maret  2019 (Amerika)
Waktu          : 108 menit
Negara          : Amerika
Bahasa          : Inggris.
Genre           : Biografi, Drama, Komedi,  Musik.
Rating IMDb    : 7.0/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H