Tony Koeswoyo bernama asli Koestono Koeswoyo. Lahir di Tuban 19 Januari 1936 dan meninggal di Jakarta, 27 Maret 1987 (umur 51 tahun). Tonny Koeswoyo adalah anak keempat dari sembilan bersaudara anak dari pasangan R. Koeswoyo dan Rr. Atmini asal Tuban Jawa Timur. Generasi ke 7 keturunan Sunan Muria di Tuban.
Tony Koeswoyo dikenal konsisten dalam bermusik. Totalitas bermusiknya luar biasa. Musisi yang pendidikan terakhirnya di IKIP Jakarta ini memang dahsyat (hidup IKIP!). Dalam keadaan sakit keras, opname di rumah sakit (mengidap kanker usus), beliau masih sempat mengarang beberapa lagu sebelum akhirnya meninggal.
Sebagai pimpinan band Koes Plus, beliau sangat tegas. Ketika ada yang sering bolos latihan musik karena sibuk kerja, Tony ngasih ultimatum : pilih kerjaan atau fokus di band. Mumet ndase. Seperti yang menimpa Nomo Koeswoyo, adiknya, yang akhirnya hengkang dari Koes Plus.
Tony Koeswoyo juga punya daya cipta yang mumpuni. Di bawah kepemimpinannya, Koes Plus dikenal sebagai band yang sangat produktif. Sebulan bisa menghasilkan dua album. Sebagian besar karya Tony Koeswoyo. Itu album beneran, bukan album foto.
Koes Plus berhasil merilis lebih dari 100 album berbagai jenis aliran musik seperti Pop, Dangdut, Melayu, Keroncong, Jawa, Folksong, Rock, Bosanova, Qasidah, Rohani Natal, Pop Anak-anak, dan banyak lagi. Sebagian besar lagu-lagu Koes Plus melegenda dan abadi. Nggak ada band di dunia ini yang sekreatif dan seproduktif Koes Plus. Jos gandos!
Tapi sayang, kepopuleran Koes Plus dan larisnya penjualan album-albumnya, tidak menjadikan Tony Koeswoyo hidup bergelimang harta. Saat sakit kanker usus dan harus opname di rumah sakit, biayanya ditanggung oleh Nomo Koeswoyo dan patungan beberapa sahabat sesama artis.
Dari dulu nasib seniman besar di negeri ini selalu berakhir ngenes di hari tuanya. Mangkane cita-citaku pingin dadi polisi.
Koes Plus menyampaikan pesan kehidupan melalui musiknya. Tapi pesan itu dibalut romantisme anak muda. Jadi kita nggak mengira kalau lagu itu punya pesan yang mendalam soal kehidupan.
Lagu "Andai Kau Datang" itu lagu yang mempunyai pesan akan kematian. Tapi selama ini kita mengira kalau lagu itu soal roman picisan cewek ketemu cowok, menikah, meteng, beranak pinak, selingkuh, cerai, dan buyar kabeh.
Lirik "Andaikan kau datang kemari, jawaban mana yang kan kuberi.." itu ketakutan Tony Koeswoyo soal hidupnya yang merasa jauh dari agama. Seandainya dipanggil Tuhan nanti, bagaimana mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Lirik "Setelah aku jauh berjalan dan kau kutinggalkan.." Itu yang ditinggalkan adalah jasadnya. Lagu "Andaikan Kau Datang kembali" itu sebenarnya sama maknanya dengan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Jadi lagu "Andaikan kau datang" itu termasuk lagu religi  (walau sebenarnya nggak ada lagu religi, lagu ateis, lagu iblis, dst) karena berpesan tentang kematian. Ingat, nasehat yang paling baik itu kematian.
Orang yang bikin lagu agar didengarkan banyak orang dan abadi itu ada dua macam cara. Pertama dengan menggunakan lirik yang sederhana. Agar mudah dipahami. Kedua, lagu itu dititipkan ke anak-anak, agar pesannya abadi. Seperti lagu "Gundul-Gundul Pacul" karangan Sunan Kalijaga yang selama ini kita kira lagu dolanan anak-anak, ternyata memuat pesan kepemimpinan politik.
Koes Plus juga begitu. Lagu ciptaan Tony Koeswoyo punya pesan yang filosofis karena beliau suka filsafat. Semua lagunya bersumber dari Al Qur'an, Injil, Gitanjali, Bhagawad Gita, Vivekananda, dan lain sebagainya.
Ketika Koes Bersaudara ditangkap dan dijebloskan ke penjara (3 bulan), itu adalah proyek politik untuk Koes Bersaudara dari pemerintah Indonesia rezim Soekarno. Aslinya Soekarno sama sekali tidak membenci Koes Bersaudara. Itu semua cuman akting. Agar seluruh dunia (terutama Malaysia) mengira Koes Bersaudara sudah di-persona non grata-kan (orang yang tidak diinginkan) oleh Indonesia.
Saat itu Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia, rebutan Kalimantan Utara. Koes Bersaudara akan dijadikan intelijen tandingan (counter intelligence) di Malaysia. Untuk itulah semua personel Koes Bersaudara di penjara, setelah itu diam-diam keluar dan eksodus ke Malaysia.
Di Malaysia Tony Koeswoyo bersaudara akan berkiprah dan jadi tokoh di sana, tapi juga diam-diam memata-matai Malaysia. Namun sayang itu semua gagal, karena keburu ada pemberontakan G30S PKI dan Soekarno dilengserkan.
Harusnya Tony Koeswoyo dan adik-adiknya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Mereka mau jadi patriot Indonesia. Demi negara, mereka rela mengorbankan kariernya, mau dipenjara dan dijelek-jelekan nama baiknya oleh Soekarno. Jarang ada band anak muda yang rela diperlakukan seperti itu. Kalau itu terjadi, mereka langsung lapor ke Polsek. Somasi.
Koes Bersaudara pula yang jadi band pelopor mencipta dan merekam lagu berbahasa Indonesia, walau pada awalnya berkiblat musik barat (sebagai referensi). Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersuadara dan diteruskan oleh Koes Plus. Zaman dulu sampai sekarang sepertinya bangsa Indonesia itu inferior, minder dengan bahasanya sendiri. Al Fatihah buat beliau.
-Robbi Gandamana -
(Disarikan dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H