Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Aku Lulusan IKIP dan Aku Bangga!

11 Januari 2019   11:05 Diperbarui: 12 Januari 2019   08:04 2677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster konser kecil-kecilan kelompok musik saya di IKIP Malang/dokpri

Mahasiwa IKIP dan Universitas Mentereng Bla Bla Bla itu mudah dibedakan. Dari jarak 500 meter pun kelihatan mana yang anak IKIP. Biasane sing raine rembes. Ayo ngacung!

Ojok salah, dibalik rai rembes itu ada kreatifitas yang dahsyat di dalam dirinya. Tapi nggak semua orang sadar akan kekuatan kreatifitasnya, ada yang diharus digong dulu. Nunggu kepepet.

Di kampus tempat kuliah saya (IKIP Malang) mempunyai banyak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Ada UKM musik, olahraga, teater sampai Menwa. Dari Sanggar Seni Rupa sampai Sanggar Pramuka. Sanggar Penjual Bakso kayaknya belum ada. 

Dengan ikut UKM, mahasiswa nggak cuman mengasah bakat, menyalurkan hobby atau passion. Tapi juga agar dapat kost gratisan. Keree. Nggak masalah, sing penting gak ngisruh. 

Dan dari UKM-UKM itulah lahir manusia-manusia kreatif di bidangnya. Aku sungkan menyebut namanya di sini. Takut dia semakin terkenal. 

Saya dan kelompok musik saya main musik di acara sosial/dokpri
Saya dan kelompok musik saya main musik di acara sosial/dokpri
Di IKIP itu nggak cuman anak Seni Rupa yang penampilannya opo anane. Aku pernah tahu mahasiswi jurusan lain (sepertinya anak Sastra Arab, masih Fakultas dengan Seni Rupa) yang kuliah pakai seragam SMA. Tentu saja dia begitu bukan karena nyentrik, tapi memang baju yang dipunyai cuma itu.

Hebatnya dia terlihat oke-oke saja dengan itu. Sama sekali nggak minder. Jujur aku terharu. Anak cewek kuliah pakai seragam SMA. Hanya ada di IKIP. Nggak tahu juga kalau dia meneladani Nabi Muhammad yang bajunya hanya tiga : satu dipakai, satu di lemari dan satu dicuci. Sunnah Rasul sejati. Nabi memilih miskin, sedangkan kita miskin karena terpaksa.

Disamping pergaulannya asyik, kuliah di IKIP itu murah meriah. Walau sudah murah pun, buanyak mahasiswa yang babak belur dengan biaya kuliah. Seperti curhatan salah seorang temanku yang asli Blitar pinggiran, "Piye iki cuah cuah. Kok mboyar mbuayar terus to. Ngerti ra nek wong tuwoku iku mung buakul krupoek. Mumet Nda!"

Poster konser kecil-kecilan kelompok musik saya di IKIP Malang/dokpri
Poster konser kecil-kecilan kelompok musik saya di IKIP Malang/dokpri
Karena terbiasa sengsara, anak IKIP (terutama angkatan lama. Aku sendiri angkatan 90an) itu daya survive-nya dahsyat. The power of kepepet. Mereka bisa hidup dengan kiriman uang dari ortu yang pas-pasan. Bisa hidup bahagia di UKM atau sanggar yang jorok kayak barak pengungsian korban Tsunami. Lulusan IKIP itu memang pakar penderitaan.

Juga lulusan IKIP jadul itu tangguh. Zaman dulu belum secanggih sekarang. Apa-apa masih manual. Mengerjakan tugas ndesain pakai cat poster di atas kertas. Salah, bikin baru lagi. Nggak kayak mahasiswa sekarang yang serba digital. Ndesain logo di kompi. Kalau salah bisa diedit. Serba instan membuat mental jadi ngalem.

Jadi kenapa harus minder jadi alumni IKIP. Bukan soal kamu lulusan IKIP atau tidak. Karena yang penting itu bukan lulusan mana, tapi karyamu apa, kelakuanmu di masyarakat bagaimana? Hidupmu menginspirasi orang nggak? Menggembirakan orang nggak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun