Tapi pada kenyataannya sekolah yang favorit itulah yang sarananya mbois. Jika pendidikan anak tidak digenjot sejak kecil, tidak diberikan yang terbaik, biasanya akan keteteran di masa selanjutnya. Kebanyakan hanya berakhir sampai SMA, nggak sanggup melanjutkan kuliah. Perguruan tinggi negeri hanya mau menerima lulusan yang nilainya bagus.
Terus kalau hanya mengandalkan ijazah SMA, mau jadi apa kau nak? Kere all the way.
Di negeri ini, ijazah itu kayak harta karun Nabi Sulaiman. Tanpa ijazah, akan terpuruk jadi sampah, merusak pemandangan. Dan yang membuat ijazah itu bernilai adalah nilai-nilai ujian yang tertulis di dalamnya.
Memang banyak orang kaya atau orang besar yang tidak berpendidikan tinggi. Tapi, gemblung kalau itu dijadikan rumus obyektif. Coba lihat sekelilingmu, dari hari ke hari persaingan semakin keras. Wong ndlahom tersingkir. Hal yang masuk akal sekarang adalah menabung untuk biaya sekolah tinggi anak, tidak untuk beli gadget canggih.
Jadi sistem zonasi yang memaksa siswa sekolah sesuai dengan zona di mana dia tinggal itu 'mengerikan'. Beruntunglah mereka yang tinggal di kota sezona dengan sekolah negeri mbois dalam kota. Apeslah orang yang tinggal di zona kumuh pinggiran kota yang terpaksa sekolah di sekolah negeri kumuh jaya.
Yang ada uang langsung cabut ke sekolah swasta dengan kwalitas sip. Sedang yang kere terpaksa merongos sekolah di sekolah cap jongos. Walau aku ekonomi lemah tapi nggak tega menyekolahkan anak di sekolah negeri kumuh. Apa bisa nyaman dan aman belajar di tempat seperti itu.
Kadang seberapa besar berbaktinya orang tua pada anak itu bisa dilihat dari pilihan sekolah buat anaknya. Berikan yang terbaik buat anak. Soal nanti dia jadi orang kaya sukses atau tidak, itu urusan Tuhan. Manusia hanya diwajibkan berjuang, tidak diwajibkan sukses. Karena yang dinilai Tuhan adalah perjuangannya (istiqomah), bukan hasil akhirnya.
Well, pendidikan terbaik di dunia saat ini memang di Finlandia, tapi tahu nggak kalau mereka menerapkan sistem pendidikan Taman Siswa ala Ki Hajar Dewantara. Pendidikan dengan konsep siswa belajar dengan gembira seperti di taman bla bla bla bla tanyakan pada ahli pendidikan, aku nggak ahli pendidikan.
Jadi menurutku lebih baik jadi diri sendiri. Tanpa niru-niru sistem dari luar pun kita sebenarnya punya sistem pendidikan yang mbois seperti yang pernah oleh para tokoh pendidikan pendahulu kita. Cuman kita ini inferior, minderan, dan akhirnya itulah yang membuat negeri ini lwucwu.
Dan memang cari ilmu itu tidak hanya sekolah, dimana-mana saja ada, apalagi ini zamannya internet bla bla bla bla. Duh, tulisanku kok dowo se rek. Yo wis ngene ae.
-Robbi Gandamana-