Ngene rek. Ketika Prabowo bersujud di makam Bung Karno kemarin, banyak orang yang nyindir (terutama Jokower). Menganggapnya sebagai perbuatan syirik (menyembah Bung karno).
Oala, bersujud di kuburan kok langsung dicap Musyrik (pelaku syirik). Syirik itu peristiwa sederhana---> bila di dalam hati kita ada Tuhan selain Allah. Itu saja. Makanya aku nggak percaya Tuhan......selain Allah.
Sujudnya Prabowo tentu saja belum tentu sama dengan sujud saat menyembah Allah (sholat). Semua tergantung konsep dan niat di dalam hati. Â Husnudzon saja, sujud Prabowo itu bentuk refleksi dari kecintaannya pada Bung Karno. Dan bukan pencitraan---Setiap ada pemimpin berbuat baik kok selalu dituduh pencitraan, utekmu burek---
Jadi silahkan saja sujud, koprol atau gulung-gulung di kuburan, selama hatimu bertauhid. Â
Sebenarnya yang masalah itu bukan sujudnya Prabowo, tapi pendukungnya yang kebanyakan Islam konservatif (kolot), menolak ziarah kubur. Menurut mereka ziarah kubur itu syirik. Jika Prabowo sering-sering ziarah kubur, pendukungnya yang kolot akan ngambek.
Sisi positifnya, Prabowo tidak seperti Aung San Suu Kyi yang menyelamatkan karir politiknya dengan  tidak perduli nasib Muslim Ronghiya yang teraniaya oleh militer Myanmar dan Aktivis Budha Radikal yang merupakan pendukung  Suu Kyi.
Islam zaman sekarang itu repot, hal yang bisa mengingatkan pada sesuatu yang mulia malah dihilangkan, disyirik-syirikan. Ziarah kubur yang membuat orang ingat mati dicap Musyrik. Maulid Nabi yang menjadi sarana pengingat teladan dan kemuliaan Rasulullah dibid'ahkan. Mengucapkan Hari Ibu diharamkan. Ya'opo se rek.
Ziarah kubur itu bagian dari konsep "Cinta Segitiga" dalam Islam.
Bagiku Wali Songo, Ulama, atau apa pun sebutannya yang berjuang untuk dan demi Islam itu adalah kekasih Allah. Walaupun kekasih yang 'resmi' Â itu Rasulullah. Nabi Muhammad dijamin surga, tapi kita masih diperintah mendoakan beliau. Karena Muhammad SAW itu kekasih Allah. Kita berdoa nangis gulung-gulung pada Allah akan sia-sia kalau kita tidak mencintai kekasihNya.
Kalau ada orang yang ziarah kubur minta nomer togel atau minta yang lain, intinya meminta pada yang mati, itu jelas salah dan goblok. Itu oknum, nggak semua peziarah seperti itu. Dimana-mana ada oknum. Shalat di masjid pun ada oknumnya : maling sandal. Untungnya di masjid tidak ada piano. Lha wong sandal saja hilang, apalagi piano.
Islam kolot (baca : Wahabi) tidak mengenal konsep "Cinta Segitiga". 90% lebih situs-situs sejarah yang berhubungan dengan Nabi Muhammad di Mekkah dihancurkan. Di atasnya dibangun gedung-gedung pencakar langit yang nggak kalah dengan gedung-gedung megah di New York. Berhala-berhala modern itu dengan angkuh mengangkangi Ka'bah.
Seharusnya Arab Saudi menjaga keaslian situs-situs sejarah perjalanan Nabi. Disamping karena cinta pada Nabi, juga sebagai bukti autentik kisah Nabi dalam mengenalkan dan memperjuangkan Islam. ("Swemprul, omonganmu koyok ustadz ae Ndes!").
Ingat azas kepantasan. Rasulullah mengajarkan kesederhanaan, tapi umat sekaligus bangsanya sangat mencintai kemewahan. Aku nggak pernah ke Mekkah, tapi dari yang kulihat dan kubaca, Mekkah sudah kayak Gotham City. Â
Kembali ke soal Prabowo sujud di kuburan.
Mereka yang membesar-besarkan kelakuan Prabowo (sujud di kuburan), itu karena belum tahu ilmunya. Aku sendiri juga baru tahu. Makanya sebelum mengomentari kelakuan orang, belajar dulu biar nggak wagu. Ojok nggambleh ae. Jangan menghakimi orang hanya berdasar pada apa yang tampak mata. Karena kita tidak pernah tahu niat yang ada di dalam hati.
Ini saja nggedabrus kali ini. Oh ya, aku bukan pendukung Prabowo (juga Jokowi). Fuck politic!
- Robbi Gandamana -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H