Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rock Masuk Desa (Europe Live in Boyolali)

15 Maret 2018   15:58 Diperbarui: 16 Maret 2018   08:14 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berturut-turut setelah album "Start From The Dark", Europe merilis "Secret Society" (2006), "Last Look at Eden" (2009), "Bag of Bones" (2012), "War of Kings"(2015) dan "Walk The Earth" (2017).  Tapi nggak ada yang lebih hebat atau minimal menyamaikan kesuksesan album-album awal. Musike rodok ya'opo yo. "Ngomong ae rodok remuk Ndes, mencla-mencle ae kon iku."

Jadi sebenarnya tonggak kesuksesan Europe adalah album "Prisoners In Paradise". Setelah album itu grafik ketenaran Europe menurun terus, tapi bukan berarti Europe sekarat.

Kee Marcello punya insting yang bagus, dia menolak diajak bergabung setelah reuni dulu. Europe yang sekarang beda jauh dengan saat dia masih di band. Europe yang sekarang ini bagiku cuman mengais kejayaan masa lalu.

Tongkrongan personel Europe sampai saat ini tidak ada perubahan yang berarti. Rocker menolak tua---Tahu khan, rocker bisa awet muda karena tidak mau terikat pada kekakuan-kekakuan---Hanya Ian Haugland (drumer) yang sekarang jadi plontos, nggak gondrong lagi. Mungkin karena salah shampo.

Kabarnya Europe akan konser di Boyolali. Kalau nggak salah pada tanggal 12 Mei 2018. Dalam pagelaran Volcano Rock Fest. Tepatnya di Stadion Pandanarang. Bagi Europe, konser ini adalah peringatan 30 tahun album Final Countdown yang dirilis pada 26 Mei 1986. Wow, 30 tahun Ndes. Padahal tahun 1986 aku masih SMP kelas 1.

Dadi konangan nek wis tuwek rek. Ojok ngomong sopo-sopo yo.

Bagiku, konser Europe adalah salah satu suprise di tahun 2018 . "What!? Europe konser di Boyolali!? Enelan?"

Bagaimana nggak suprise, Boyolali yang dikenal sebagai sentra payudara eh susu sapi ini sebelumnya belum pernah diselenggarakan pertunjukan rock level internasional, paling banter konser dangdut koplo atau campursari. Kalau ingin nonton konser rock larinya ke Solo, Jogja atau Semarang. Jarang ada konser rock di Ngemplak, Nogosari atau Simo. Edan ya'e.

Europe dikenal di sini berkat kesuksesan album "Final Countdown" (1986). Semua lagu di album ini layak jadi hits, tapi orang awam musik rock tahunya cuma "Final Countdown",  paling banter "Carrie" atau "Rock The Night". Jarang yang kenal "Time Has Come", "Cherokee", "Love Chaser" atau "Heart Of Stone".

Lagu "Final Countdown" memang legend. Swejuk di kuping dengan riff keyboard yang megah nan klasik. Nggak cuman rocker yang suka lagu ini, anak TK pun suka.


Kalau ada istilah Internet Masuk Desa, mungkin konser Europe ini adalah Rock Masuk Desa. Boyolali memang bukan desa, tapi di sana masih menerapkan kearifan khas desa. Masih ada gotong royong, guyub,  rasa sosial yang tinggi, ramah, dan banyak lagi. Desa bukan berarti ndeso, olrait Ndes?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun