Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah Ente Termasuk Orang yang 'Ngelu Ndase'?

4 Juli 2016   15:38 Diperbarui: 4 April 2017   18:04 2506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat mendekati hari raya, biasanya banyak orang yang ngelu ndase. Dapat THR tapi ngelu ndase, bingung membelanjakannya: lihat diskon gila-gilaan di mal, ngiler lihat teman ganti hape canggih , ngelu ndase lihat tetangganya renovasi rumah atau ngredit mobil baru.

Yang nggak dapat THR ngelu ndase, iri sama yang dapat THR. Yang dapat THR tapi nominalnya sedikit (habis buat bayar utang) ngelu ndase, membayangkan dapat THR gede, nelongso memaki-maki nasibnya.

Begitulah kita, sukanya membandingkan hidup orang lain dengan diri kita (dalam konteks materi). Akhirnya ngelu ndase. Orang jadi ngelu ndase karena punya hasut, dengki, cemburu lihat harta orang lain lebih banyak darinya, mobil orang lain lebih bagus dari mobilnya, hp orang lain lebih canggih dari hp-nya.

Lihat teman-temanya pada punya mobil baru, gengsi, nekad ikutan kredit mobil, padahal gaji pas-pasan. Walhasil tiap awal bulan ngelu ndase. Untuk menghibur diri, ngomong ke teman, "Gak kroso rek, kredit mobilku wis berjalan setahun..".

Gak kroso raimu, yang tak terasa itu waktu yang cepat berlalu, tapi saat gajimu kepotong untuk nyicil, terasa bianget. Gaji 3 juta dipotong 1.5 juta. Ente pun misuh-misuh dalam hati, ngelu ndase..

"Lha ya'opo, nek gak nekat gak duwe mobil anyar e mas.." Itu boleh juga, tapi itu bisa menenggelamkan otak manusia. Lha ente nuruti gengsi ae. Berlagak parlente tapi sebenarnya kere. Gaji senin kemis berlagak artis. Akhire ngelu ndase diuber-uber debt collector. Stres, wajah jadi boros, ketok tuweekk. Umur 30 tahun koyok 50 tahun. Kerut di wajah jelas bianget koyok diorek-orek karo spidol.

Manusia memang materialistis, tak pandai bersyukur. Dapat uang sejuta membayangkan uang 10 juta. Makan tempe membayangkan sea food. Akhire ngelu ndase, sudah sea food-nya cuman angan, makan tempenya jadi nggak nikmat. Bercita-cita dapat uang 10 juta itu bagus, tapi saat dapat uang sejuta jangan bercita-cita, cita-cita ditunda dulu.

Makanya jangan sering ikut seminar-seminar rejeki yang punya andil besar menciptakan kapitalis-kapitalis yang ngelu ndase itu. Pandai memanfaatkan peluang untuk mendapatkan uang tapi nuraninya kering. Yang ada di otak cuman Itung-itungan, laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi...

Akhirnya ibadah pun niatnya biar sukses (secara materi). Shalat biar jadi PNS, naik haji agar tokonya laris, dan seterusnya..

Ibadah itu dalam rangka bersyukur, tidak untuk mencari rejeki. Rejeki itu efek, bonus. Shalat is shalat, dalam rangka menyembah Tuhan. Malah sebenarnya sungkan kalau minta imbalan. Tuhan sudah menganugerahkan kehidupan, kok masih minta imbalan.

Dan shalat nggak ada hubungannya dengan kesuksesan materi (ada sih kalau dihubung-hubungkan). Buanyak orang yang tak pernah shalat tapi kaya raya. Jadi..ojok salah niat rek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun