Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pahlawan Wanita Bukan Kontes Ratu-Ratuan

28 April 2016   17:32 Diperbarui: 29 April 2016   16:14 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu, sejak Pilpres 2014 masyarakat kita terbelah menjadi dua. Masyarakat yang pro pemerintah (karena kandidatnya terpilih) dan yang kontra pemerintah. Masyarakat yang kontra inilah yang selalu mencari-cari kesalahan pemerintah. Sekecil apa pun akan di-blow up menjadi besar.

Untungnya saya golput, tak ada urusan dengan lover atau hater. Saya penonton yang menikmati lover dan hater eker-ekeran membela jagoannya mati-matian (padahal yang dibela tidak membela dia mati-matian) sampai putus hubungan teman. Goblokmu dewe.

Saya Kadang memuji Jokowi, kadang juga mengkritiknya. Begitu juga pada Prabowo atau yang lainnya.  Semua punya kelebihan dan kekurangan, namanya juga manusia. Nggak ada yang sempurna. Kalau ente terus-terusan protes, coba bertanya dalam hati, jika bertukar posisi dengan Jokowi (jadi presiden) apa ente sanggup?

Paling susah itu hater yang fanatik. Apa pun kebijakan pemerintah selalu direject, dicemooh, disinisi. Apapun itu pasti salah bagi hater. Dan itu merambat ke soal apa pun, termasuk hari Kartini. Mereka mempermasalahkan penganugerahan Kartini Juga mempertanyakan korelasi Hari Kartini dengan kewajiban memakai kebaya pada hari itu.  

Padahal kebiasaan itu sudah dilaksanakan jauh hari sejak negeri ini merdeka. Kenapa baru sekarang ente protes? Apakah karena kebaya tidak Islami? Daripada sinis terus pada kebaya, kenapa nggak cari solusi bagaimana kebaya bisa Islami.

Mereka menganggap Cut Nyak Dien lebih layak mendapatkan gelar seperti yang disandang Kartini. Karena Kartini menjalin persahabatan dengan orang Belanda (musuh) dan Belanda mencintainya. Wajar saja Belanda sangat membenci Cut Nyak Dien. Lha wong melawan secara frontal.

Apa salah Kartini berteman dengan orang Belanda? Walaupun Belanda adalah penjajah tapi tidak semua orang Belanda setuju dengan penjajahan. Seperti juga yahudi yang nggak semuanya Zionis. Malah ente yang lucu, Anti-Amerika tapi masih saja pakai Jeep Rubicon produk Amerika.

Kebanyakan yang mempermasalahkan Hari Kartini adalah situs-situs Islam.  Saya sebagai muslim tentu saja bingung. Ada apa dengan umat Islam sekarang? Sukanya mencari-cari kesalahan atau kekurangan orang dan melupakan jasa-jasanya.

Dalam soal nyali (berperang) Cut Nyak Dien mungkin lebih dahsyat dari Kartini . Tapi dalam bidang pendidikan, Kartini lebih baik.

Cut Nyak Dien berjuang membela rakyatnya (semua lapisan). Sedangkan Kartini perjuangannya lebih spesifik, membela kaum wanita. Jadi nggak usah dibanding-bandingkan. Keduanya menjalankan perannya masing-masing. Perjuangan Kartini diperingati pada Hari Kartini. Sedangkan Cut Nyak Dien pada Hari Pahlawan.

Yang perlu kita ingat, perjuangan Kartini adalah langkah awal bagi wanita negeri ini untuk lebih jauh melangkah dalam berkarya dan membuat inovasi untuk hidup yang lebih baik sejajar dengan pria bla bla bla bla bla bla.....nek diterusno aku iso dadi guru IPS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun