Tentang minum di kelas sesaat sebelum pak Gendon mengajar juga kita kupas lagi. Adalah aku, Bongkeng, Gendhoel dan Oglo yang jadi biang kerok dari kelakuan sinting itu.
Kelas kita memang tempat berkumpulnya para bajingan. Tukang bolos, tukang mabuk sampai tukang tawuran. Isinya bajingan bersatu tak bisa diatur.
"Kamu minum ya..mulut kamu bau alkohol!" tuduh pak Gendon pada Bongkeng, yang rupanya hafal dengan bau alkohol.
"Ini bukan bau minuman keras pak..ini permen Koka Bola, kalau nggak percaya, nih cium..haaaaaaa," kata Bongkeng membela diri seraya membuka mulutnya lebar-lebar tepat di depan hidung pak Gendon.
Brakkk!! Pak Gendon menggebrak meja dengan keras, "Saya bukan anjing!!!!"
Bongkeng langsung digiring ke ruang interogasi sementara aku, Gendhoel dan Oglo langsung ke kantin Pak Prayit yang kebetulan berada di samping kelas. Membeli permen atau apa pun yang bisa menyamarkan bau alkohol dari mulut.
Aku juga cerita tentang betapa kagetnya Bu Sumiyati saat tak sengaja bertemu aku di sebuah kampus bonafit. Saat Bu Sumiyati mendampingi siswanya ikut lomba Mading yang diselenggarakan oleh Kampusku.
"Assalamualaikum..selamat siang Bu Sumiyati...masih ingat saya?" sapaku dengan nada canggung karena logat Jawa-ku yang super medok, terdengar wagu banget.
"Kamu Sanusi ya..?" tanya Bu Sumiyati dengan pandangan yang penuh selidik.
"Iya Bu..," jawabku seraya cengangas cengeges koyok wong gendeng.
Akhirnya kami pun ngobrol ngalor ngidul....bla bla bla bla bla bla. Sampai pembicaraan terakhir, masih kurasakan keheranannya padaku. Seorang bajingan payah yang bisa kuliah di kampus ternama.