Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tertawalah dalam Hati Saja

13 Januari 2016   17:54 Diperbarui: 13 Januari 2016   18:17 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi : http://i1055.photobucket.com/albums/s509/indrafatih/532480_2293388511484_2041798067_n.jpg"][/caption]aku punya cerita yang menarik 
tentang nasib para buruh di sebuah pabrik 
bagaimana susahnya hidup dengan gaji pas-pasan 
tampang sangar rambut gondrong dekil awut-awutan 
ada juga yang rambut klimis, gagah, seragam rapi elegan 
bawa bekal kotak makan warna centil sialan 
bergambar Doraemon, Sponge Bob atau Sinchan 
demi untuk ngirit, imej jatuh persetan 
yang penting akhir bulan tak cari utangan 
tapi tolong jangan tertawa 
tertawalah dalam hati saja 

pernah suatu kali aku terpana
orang bisu mengamen di sebuah bis kota
aku bingung, harus sedih atau tertawa
nada gitarnya kemana, vokalnya dimana
gitarnya cuma sepotong kayu yang ada senarnya
lagu yang dinyanyikan tak pernah ada di dunia
tapi penumpang takjub mulut menganga
menikmati tontonan absurd instrumentalia
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

ada cerita yang bikin dada sesak
seorang nenek mati terinjak-injak
demi duit duapuluh ribu perak
saat antri di hajatan Indonesia Mencari Zakat
acara setahun sekali oleh seorang Ustadz
kere hore penjuru pelosok pada merapat
ah, sungguh trenyuh nasib rakyat
demi makan harus rela dulu sekarat
tapi kuharap kalian jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

bicara soal umat beragama
masih banyak orang yang reseh soal ibadah
yang bilang ibadah mengada-ada alias bid'ah
'huahahahahahaha Tahlilan
huahahahahahaha Yasinan
woiiii itu tata cara nenek moyang!'
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah hanya di dalam hati saja

umat yang lain juga teriak lantang
'jangan hanya dibaca itu tulisan
itu otak tolong gunakan!
huahahahahahaha celananya cingkrang
huahahahahahaha pakai serban
woiiiii kau ini orang nusantara!'
sebaiknya kalian jangan tertawa
tertawalah hanya di dalam hati saja

ada apa dengan mereka?
dianggap musuh karena berbeda pandangan
galaknya kayak anjing Siberian
membunuh berdalih membela Tuhan
padahal Tuhan nggak butuh dibela
Tuhan bukan makhluk lemah
nggak kayak pengecut yang beraninya keroyokan
ditantang duel pura-pura ngajak baikan
maka sekarang aku yang tertawa
tertawa tak hanya dalam hati saja

Aku sangat percaya
Tuhan sengaja membuat makhluknya berbeda
untuk menguji di antara kalian semua
siapa yang bajingan, siapa yang paling taqwa
itulah alasan ..
kenapa Tuhan menciptakan alam semesta
kenapa Tuhan menciptakan kehidupan
kau pikir Tuhan dulu bingung sendirian?
bingung nggak ada kerjaan?
(walau aku juga sempat berpikir demikian)
tapi soal ini jangan pernah kalian tertawa
walau cuma di dalam hati saja

hidup di dunia tak lebih dari sekedar humor
selalu ada kelucuan sekalipun di cerita yang paling horror
se-tragis apapun hidup pasti ada sisi lucunya
jadi kenapa kau selalu bermuka masam
muka cepat boros, bak besi berkarat tersiram air asam
perut buncit, kulit keriput, rambut beruban
karena terlalu serius mikir kehidupan
huahahhahaha ada apa dengan kalian?
sampai lupa caranya tertawa
tertawa pun sangat hati-hati saja

hidup sekali mestinya disyukuri
nggak uring-uringan menggerutu tiap hari
susah sedikit langsung sembelih botol alias mabuk
tak lupa update status meratap di dinding fesbuk
kesusahan diberitakan berharap empati
tapi yang didapat cuma 'like' satu kali
memang ambigu tingkah laku para dzalimin
pamer musibah dan memaksa orang komen 'Amin'
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

 

-Robbi Gandamana-

ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun