Â
Jok..
lihatlah itu wajahmu yang kugambar dulu
dibajak habis-habisan oleh simpatisanmu
dijadikan kaos, poster sampai display warung jamu
tapi aku tak marah
karena mereka nggak paham hak cipta
aku juga siap dicap tukang gambar katrok
hak cipta dilanggar tapi nyantai berlagak sok
serba pas-pasan, perut kembang kempis celana mlotrok
Jok..
maaf kalau dulu aku batalkan coblos gambarmu
bukannya aku tak berpihak padamu
tapi tak suka sama mami dan geng monyong putih itu
bla bla bla bla bla bla bla bla bla
itulah yang tak ku suka di negeri ini..
orang hebat nggak akan berjaya kalau nggak ikutan geng
kalau independen bisa menuju tahta itu pasti dongeng
Jok..
aku tak begitu paham soal pemilihan
katanya bebas tapi kok rahasia?
katanya rahasia tapi kok bebas?
sungguh sangat membingungkan
akhirnya golput saja daripada pusing..ya khan?
Jok..
rakyat tanpa negara akan tetap ada rakyat
negara tanpa rakyat? tanyakan saja sama mas Dayat
jaman sudah berubah..bebas memilih apa saja
jika dulu abdi negeri tak memihak geng pohon rimbun
hidupnya bakalan manyun
jika menghamba, perut akan semakin tambun
Jok..
tongkronganmu ndeso bikin geli
jidatmu lebar pipi kempot tak berisi
bodimu kerempeng persis anak kurang gizi
tapi kok ya sukses meng-KO bang Fawzi
tapi tubuhmu adalah gambaran anak negeri
tubuh kurus kering kurang energi
dollar semakin naik, vitamin tak terbeli
Jok..
nggak heran kau jadi pemimpin negeri ini
mungkin rakyat rindu sosok yang njawani
sudah bosan dengan wajah masa kini
sehingga kau lah yang terpilih
tapi jangan kau ge-er dulu soal ini
mungkin juga kau dipilih karena sering muncul di tivi
Jok..
kemenanganmu dulu adalah anugerah Sang Kuasa
karena itulah kau jangan sampai jumawa
rakyat datang ke bilik suara bukan peristiwa politik
tapi peristiwa sosial, acara 5 tahun sekali masak nggak mudik
jadi jangan berharap rakyat patuh dan ngajeni
jangankan presiden..Tuhan aja nggak ditaati
Jok..
namamu benar-benar hoki : Jokowi
apa jadinya bila kau pakai nama asli
Joko Widodo...??? tukang servis arloji?
sopir angkot atau tukang cukur bawah pohon trembesi?
ah..memang pandai kau berstrategi
terbiasa dagangan kayu jati
bisa laku sampai ke luar negeri
Jok..
salut dengan kebaikanmu pada rakyat
membuka lebar pintu istana tak hanya pada aristokrat
tanpa peduli itu seorang pecinta atau penghujat
dengan makan-makan segala urusan jadi mufakat
Jok..
kau memang tukang lobi jempolan
dari tukang becak, kuli angkut sampai anak gedongan
kau ajak berdialog dalam pesta di istana impian
vini vidi vici = datang, makan, pulang kekenyangan
jadi lupa dengan yang selama ini mereka tuntutkan
Jok..
etos kerjamu memang sungguh spartan
pejabat lama yang biasa rileks pada tak tahan
daripada gila, banyak yang pilih angkat tangan
kerja! kerja! kerja! bla bla bla bla bla bla bla
bla bla bla bla bla bla bla sikat sana bla bla
bla bla bla bla bla bla bla sikut sini bla bla
bla bla bla bla bla habis perkara...
Jok..
sekarang, aku bukan pecintamu
sekaligus bukan penghujatmu
tapi aku tetap memperhatikanmu dari jauh..
aku sudah menemukan kebenaran (atau kesesatan?)
dan negeri yang itu sudah aku lupakan
karena di sana maling sudah jadi peradaban
aku bahagia dengan negeriku yang sekarang..
Â
-Robbi Gandamana-
Solo, 17 Desember 2015
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H