Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Nggak Ada Nabi Yang Mengaku Alim.." [Think Different Ala Cak Nun - 2]

13 Juli 2015   08:48 Diperbarui: 22 September 2015   11:14 93358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cak Nun tidak pernah menempuh pendidikan (formal) yang tinggi. Pendidikannya hanya sampai semester 1 Fakultas Ekonomi UGM. Tapi Cak Nun tampil dengan cerdas dan meyakinkan dalam seminar-seminar berdampingan dengan nama-nama top markotop, bergelar akademik tertinggi. Yang sekolahnya jauh di Amrik sana. Malah Cak Nun yang selalu lebih ‘bintang’ dari siapapun di forum-forum tersebut. Profesor pun kadang minder kalau 'diadu' sama Cak Nun dalam sebuah dialog kebudayaan atau hal yang lain.

Satu-satunya orang yang diakui Cak Nun sebagai guru adalah Umbu Landu Paranggi. Seorang sufi (begitu Cak Nun menyebutnya) yang banyak membimbing Cak Nun menemukan makna dan hakikat hidup melalui sastra di 'universitas' Malioboro. Walau Umbu beragama Marapu, agama asli Sumba, itu tidak menjadikan halangan Cak Nun untuk terus menimba ilmu darinya.

Ilmu tidak selalu diperoleh dari guru, ustadz, kyai, ulama atau ahli agama. Kebenaran bisa datang dari siapa saja. Seorang bajingan bisa saja membuka mata hatimu pada sebuah hidayah. Seorang ulama bisa saja membuatmu ‘kerdil’ dengan ilmu pengetahuan dan keyakinan yang kamu dekap erat. Yang membuatmu jadi menutup diri pada ilmu dan pengetahuan yang ada di luar sana. Yang kamu anggap bertentangan dengan keyakinanmu.

Belajar boleh pada apa dan siapapun. Nggak masalah mempelajari Fir'aun, Hitler, Che Guevara, Fidel Castro dan lainnya. Semua yang ada di dunia ini adalah cahaya ilmu. Selama kita dewasa, kita nggak akan gampang 'masuk angin' oleh kalimat kayak apapun. Yang penting nggak mudah terseret untuk menyalahkan atau membenarkan. Ambil saja makna dan manfaatnya. Simpan yang baik, tendang jauh-jauh yang mblendes.

"Saya merasa bersyukur karena saya dilindungi Tuhan sehingga dihindarkan dari sekolah yang saya masuki. Selalu diusir oleh sekolah-sekolah tadi . Itu karena desakan untuk meneliti diri saya sangat besar. Dan itu diganggu oleh guru-guru saya, " kelakar Cak Nun serius (kelakar kok serius..ya'opo se rek).

Kalau kita cermati saat bayi baru lahir. Kok si bayi ini menggerak-gerakan mulutnya, bisa tahu tempat dan caranya menyusui. Maka sebenarnya pendidikan itu jangan ge-er, guru itu tidak bisa mengajari orang, guru itu bisanya menemani. Agar murid punya bahan dalam rangka meneliti dirinya sendiri. Kalau kita tidak tahu diri kita ini siapa, bagaimana kita tahu kemampuan kita.

Kalau nggak tahu kita ini kiper apa penyerang, maka saat di lapangan sepakbola, kita bakalan kebingungan, aku iki lapo nang kene..? Kalau kucing jangan diajari menggongong. Kalau kambing jangan diajari terbang. Maka kenali dirimu, barang siapa mengenali dirinya sesungguhnya ia mengenali Tuhannya.

Kalau kamu bernama Paimo. Apa kamu itu memang Paimo? Itu khan nama yang diberikan bapakmu. Kalau kamu menamai dirimu sendiri, pasti bukan Paimo. Jadi dirimu itu bukan Paimo, bukan Markeso, bukan semua itu. Dirimu dijadikan tertutup. Begitu kamu punya orang tua, begitu masuk sekolah TK sampai kuliah..kamu ditutupi. Tugas sekolah adalah membuka tabir siapa dirimu, memberikan alat supaya mengenal dirimu. Sekolah malah menutup-nutupi dan malah ditambahi sarjana anu, ditambah doktor, ditambah kepala dinas, dsb.

"Kamu itu harus jadi tuan, sekolah itu alat anda, jangan sampai diperalat sekolah. Andai kamu perlu ijazah, oke no problem..ikutilah aturan sampai mendapatkan ijazah. Tapi tidak ada hubungannya dengan cari ilmu. Kalau cari ilmu ya banyak tempatnya, tidak hanya di sekolah. Kuliah itu mencari ijazah untuk membahagiakan orang tuamu. "

Jadi jangan salah niat. Kalau niatnya mencari ilmu, goblok koen mblo..! Kita bersekolah itu biar punya sertifikat buat mencari pekerjaan. Sekolah itu tidak mengenal Tuhan. Tuhan tidak diakui secara akademis. Karena Tuhan tidak bisa diteliti, didata, dianalisis dan disimpulkan. Segala sesuatu yang tidak memenuhi persyaratan akademis (nggak ilmiah) itu tidak diterima. Jadi semua universitas itu sebenarnya atheis...!

Pastikan anda tidak terjajah oleh dunia pendidikan. Penting mana anda sekolah atau belajar? Anda 'diperalat' sekolahan atau anda 'memperalat' sekolahan? Anda bergantung pada sekolah ataukah sekolahan yang tergantung pada anda? Terhadap pendidikan, jadikan anda subyek dari sekolahan, bukan obyek sekolahan.

Alat kejahatan yang paling canggih adalah aturan-aturan, maka bikinlah aturanmu sebelum kamu dikalahkan orang lain dengan menggunakan aturan dia.

"Kamu itu sekarang diatur oleh yang membuat sekolahan..kamu seharusnya nyantri tapi kamu dikasih aturan : nyantri itu tidak ada masa depannya, yang bermasa depan itu sekolah. Dan sekolah mempunyai aturan yang lebih detail lagi, bahwa orang harus jadi S1, S2.." kata Cak Nun di depan santri-santri NU suatu kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun