Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Debat Gemblung Ngaji Dengan Langgam Jawa

21 Mei 2015   14:03 Diperbarui: 8 Juli 2015   15:25 1796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendadak Medsos jadi pesantren, ketika para netizen membahas pembacaan ayat suci Alquran, Surah An-Najm 1-15, oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Yasser Arafat ngaji dengan langgam Jawa saat peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta, pada Jumat (15/5) malam.

Debat sengit terjadi, saling lempar dalil hasil googling. Padahal ya sama-sama gemblung (bukan ahlinya), bukan qari', bukan ustadz, bukan kyai...Gayanya ngomong soal bayati, hijaz, rost...taek rek :) Saya sendiri nggak ikut-ikutan menyalahkan dan membenarkan soal langgam Jawa tadi. Lha wong memang gak paham soal per-ngaji-an.

Itulah kebanyakan orang, gampang terseret menyalahkan atau membenarkan sesuatu yang sama sekali bukan ahlinya. Akhirnya cuman jadi debat gemblung tak berujung. Orang kok mencari kebenaran sejati dengan mengharuskan orang lain sama persis denganya. Akhirnya berujung bentrok dan perseteruan.

Sebenarnya ngaji dengan cengkok dan atau langgam Jawa sudah sering dilakukan dari dulu. Seperti adzan di masjid Agung Demak yang menggunakan cengkok Jawa (coba cari di Youtube). Cak Nun pernah memaparkan soal ini, menurut beliau dilagukan dengan cengkok jawa atau arab itu soal pencapaian. Kalau ngaji masih gratal gratul..ya harusnya pakai cengkok arab, apalagi audience di Indonesia tahunya Islam itu adalah Arab. Jadi sebaiknya pakai ngaji cara Arab. Bukannya sok Arab tapi ini menyangkut soal level pemahaman. Kalau sudah 'sakti', maqam-nya sudah tinggi, paham tajwid, makhraj, sudah diperhitungkan mantik dan syar'ie-nya secara matang..ya nggak masalah ngaji dengan cengkok (langgam) Jawa. Yang penting bahasanya tetap bahasa Arab.

Jangan dilihat ngaji pakai langgam Jawa adalah Jawasentris atau sok Jawa. Jelas bukan itu, berpikir positif sajalah kawan...mereka cuman mengekspresikan diri sebagai orang Jawa yang bangga dengan budayanya. Kalau dikaji secara mendalam, budaya Jawa itu penuh dengan nilai-nilai kehidupan yang luhur. Langgam Jawa sendiri cocoknya untuk klangenan untuk orang yang nyantai, orang tua pensiun yang sudah tidak berjuang. Yang sudah terbebas dari beban dunia (materi). Didengarkan sambil merokok di teras...lungguh tenguk tenguk karo nyekeli manuk...."piss man..oh yess...oh nooo...oh maigot..."

Jadi ingat ketika Gus Mus melukis sebuah lukisan yang kontroversi, judulnya : 'Berdzikir bersama Inul'. Lukisan itu memvisualisasikan Inul sedang  goyang ngebor dikelilingi para ulama yang sedang berdzikir. Saat dipamerkan, kebetulan berbarengan dengan acara perkumpulan para kyai (di Surabaya). Para kyai-kyai muda pada nggak terima, marah..!!, mengecam keras. Tapi kyai-kyai sepuh yang dihormati menghampiri Gus Mus dan bertanya , "Gus..itu lukisannya harganya berapa ya?...saya kok ingin memiliki....." towengwengwengwenggg*&^%$#*^#??????

Wartawan yang melihat kejadian itu bertanya pada Gus Mus kenapa kyai yang muda-muda protes sedangkan yang tua-tua kok oke saja, Gus Mus menjawab santai, "Yaa..itu karena maqam yang muda-muda belum sampai.....!"

Mengambil hikmah dari peristiwa Gus Mus di atas...wis cukup mbul!..nggak usah debat soal ngaji pakai langgam Jawa, Aceh, Cina, Ambon, Tegal, Batak, Osing, Prokem..kalau ente bukan ahlinya...! Karena bakalan jadi perdebatan yang tak berujung. Dan yang jelas buang buang waktu dan energi percuma. Mending anggap saja kalau maqam kita masih belum sampai. Ngono ae wis daripada ngelu ndase...!

Apalagi saat kalian debat orang bisu atau bindeng (cedal) di sekitar kalian tersinggung berat..! : "Nyanyok ayek-ayek icu..nyomongnyo nyaji cing benyel...nyak eling concone cing binjeng ici...acu ici binyeng lek..! nyomong ae anyel, opo manyeh nyaji..aek abehh!" (Jancok arek-arek iku..ngomongno ngaji sing bener..gak eling koncone sing bindeng iki..aku iki bindeng rek! Ngomong ae angel..opo maneh ngaji..taek kabeh!)"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun