Sufi  juga butuh makan tapi tidak se-matre itu Mblo. Sufi itu mencukupi kebutuhannya hanya sebatas yang dia butuhkan untuk sekedar hidup dan ibadah. Apalagi Mario Teguh juga membenarkan bahwa wanita itu boleh matre dan itu perlu. Katanya sih agar laki-laki bersemangat mendapatkan dan membahagiakan wanita matre tersebut dengan jalan kerja keras mendapatkan harta yang dimaui si wanita.Â
Aku pikir kasihan sekali Lelaki tersebut. Menurut saya itu melemahkan hakikat arti sebuah cinta, pengorbanan, kesetiaan. Oke, memang dalam banyak hal, harta itu memang penting. Tapi berjodoh itu itu tidak melulu soal harta. Harta itu puenting tapi bukan yang terpenting! Kalau Anda berkeyakinan Harta adalah hal yang terpenting maka anda akan jadi budak dunia.
Harta yang berlimpah tidak menjamin hubungan lelaki dan perempuan bakalan bahagia, langgeng. Dan pastinya dalam kitab suci agama manapun materialistis itu nggak dibenarkan. Karena memperTuhankan benda, kemaruk terhadap harta, berbangga-banggaan, bermewah-mewah yang sifatnya sementara saja di dunia.
Banyak yang Bilang 'Hidup nggak semudah cocotnya Mario Teguh'. Itu Benar! Karena memang kebanyakan memang teori semata. Tapi memang nggak semua kata-kata MT itu bullshit.Â
Ada beberapa kata-kata MT yang saya anggap ada benarnya. Misalnya agar kita tidak terlalu hemat dalam hidup dengan tujuan biar kita tahu kapan saatnya harus 'bergerak'.Â
Orang yang pandai berhemat, digaji berapapun atau gaji nggak pernah naik akan tetap bisa hidup, karena pintar menyiasati dengan hemat tadi. Akibatnya karirnya nggak berkembang, jalan di tempat. T:T
Sebenarnya saat kita mulai merasa kurang itulah, kita seperti diberi tahu bahwa kita harus 'bergerak' mencari income yang lain. Dan orang akan lebih gampang menemukan potensinya saat mereka kepepet (the power of kepepet). Karena itulah saya nggak mau terlalu hemat, biasa ae. Yang penting nggak boros atau berlebih-lebihan.
Bagi saya, MT itu manusia biasa seperti kita yang berdagang jasa lewat rangkaian kata-kata manis yang sebagian diculik dari kitab suci dan sebagian lagi dari pemikirannya sendiri yang saya akui memang syuperrrr, gaul, kekinian. Yang bisa memabukan siapa saja, menyemangati jiwa-jiwa galau labil dan putus asa.Â
Jadi Mario Teguh bukan seorang Sufi apalagi Nabi, cuman seorang realis yang butuh uang dan kejayaan. Well, that's all,Â
Be carefull what you choose to believe!
Robbi Gandamana, 20 Januari 2014